DEMOCRAZY.ID - Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah, mengkritik oposisi yang dinilai lemah sekali di parlemen dengan menggaungkan tagar OposisiPenakut hingga OposisiSekongkol.
Partai Demokrat malah menganggap Fahri Hamzah rindu era Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Kritik yang disampaikan Bang Fahri Hamzah menyiratkan kerinduan ketika kehidupan demokrasi kita terjaga dan berkualitas seperti pada Pemerintahan SBY. Pada masa itu 2004-2014, masyarakat politiknya sangat aktif dan dinamis, termasuk di DPR dalam menjalankan tugas-tugas kedewananannya," kata Ketua Bappilu Partai Demokrat, Kamhar Lakumani, Jumat (3/9/2021).
Kamhar menyebut parlemen era SBY punya koalisi rasa oposisi. Menurut Kamhar, hal itu bagus untuk demokrasi.
"Jangankan dari oposisi, dari partai koalisi pemerintah namun cita rasa oposisi seperti Bang Fahri Hamzah dkk juga banyak, dihargai dan eksistensinya terjaga. Itu diperlukan untuk menjaga sehatnya demokrasi. Begitulah Pak SBY sebagai demokrat sejati memandang dan menempatkan dinamika dalam koalisi pemerintah," ujar Kamhar.
Kamhar menyebut pada periode 2014-2019, kekuatan oposisi di parlemen masih signifikan sekalipun dari sisi jumlah kalah setelah Golkar pindah haluan masuk koalisi pemerintah.
Dari 5 kursi pimpinan DPR, koalisi pemerintah hanya 2 kursi sedangkan 3 kursi lainnya milik nonkoalisi sehingga oposisi disebut masih bisa memberi warna dinamika kedewanan.
"Menjadi berbeda ceritanya dengan periode 2019-2024. Sejak awal oposisi telah ditinggal oleh Gerindra yang pindah haluan menjadi koalisi pemerintah dan hanya tersisa Partai Demokrat dan PKS. 5 kursi pimpinan DPR semuanya dari koalisi pemerintah," ujar Kamhar.
Kamhar menduga Fahri tak bisa menyaksikan suara oposisi di parlemen karena sudah tidak lagi berada di Senayan.
Dia menyinggung insiden mati mic di paripurna DPR beberapa waktu lalu.
"Mungkin karena tak menjadi anggota DPR lagi, Bang Fahri tak menyaksikan lagi bagaimana kekuatan dan suara-suara opisisi dibungkam dan tak diberi ruang. Bung Irwan Fecho saat menggunakan haknya berbicara pada rapat paripurna DPR mic-nya dimatiin oleh Puan Maharani dan Aziz Syamsudin," kata Kamhar.
"Bagaimana Pak Sartono Hutomo dan Pak Benny K Harman ingin berbicara pada rapat paripurna tak diberi kesempatan dan mic-nya mati dan masih banyak lagi yang lainnya dari Fraksi Demokrat yang mendapatkan perlakuan serupa. Meski demikian, Fraksi Demokrat terus berikhtiar dengan segenap daya dan upaya menyuarakan suara rakyat," imbuh dia.
Partai Gelora Fahri Hamzah, kata Kamhar, terbaca sebagai bagian dari koalisi pemerintah.
Kamhar menduga Fahri Hamzah masih rindu dengan PKS yang disebutnya masih cukup oke di survei.
"Mungkin apa yang disampaikannya adalah ekspresi kerinduan terhadap PKS yang terus konsisten sebagai oposisi dan surveinya terus mengalami trend kenaikan meski telah ditinggalkan Bang Fahri dkk. Sebaiknya Bang Fahri fokus membesarkan Partai Gelora, silakan memberi warna. Semoga bisa memenangkan hati, pikiran, dan pilihan rakyat melalui manuver-manuver politiknya agar 2024 nanti bisa lolos parliementary threshold," katanya. [Democrazy/dtk]