DEMOCRAZY.ID - Wadah Shilaturrahmi Khatib Indonesia (Wasathi) mengungkapkan bahwa ada usulan khotbah di masjid-masjid di seluruh Indonesia dibatasi hanya 15 menit.
Dengan pembatasan waktu, jemaah diharapkan dapat lebih khusyuk mendengarkan khotbah.
Pembatasan waktu khotbah ini merupakan usul pengasuh Ma'had Arrohimiyah Cengkareng, KH Ishom El Saha.
Usulan tersebut disampaikan KH Ishom saat menjadi pembicara dalam acara Sarasehan Khatib Moderat, yang digelar secara virtual dari Aula Masjid Al Ijtihad, Jakarta Barat, Sabtu (31/7/2021).
Menurut KH Ishom, khotbah di Indonesia, khususnya di kota-kota besar, sudah lama mendapatkan kritik.
Pada zaman Prof Mukti Ali (Menteri Agama RI periode 1971-1978), misalnya, khotbah di beberapa kota besar disinyalir tidak sesuai rukun khotbah.
Banyak hal-hal di luar rukun khotbah yang justru lebih dominan selama khotbah berlangsung.
Dengan khotbah yang hanya 15 menit, dia merasa, khatib akan lebih fokus dan cermat, sehingga rukun tetap terpenuhi dan kondisi jemaah tetap khusyuk mendengarkan khotbah.
"Prof Mukti Ali sempat berkeliling mencermati khotbah di Indonesia. Beliau mencermati bahwa di kota-kota besar ada beberapa khotbah yang rukunnya kurang. Rata-rata khatib bermodal kemampuan berpidato namun pengetahuan khotbahnya kurang. Ini kritik Pak Mukti Ali. Beliau memperhatikan khotbah bahwa rukun dan syaratnya terpenuhi tidak," ujar KH Ishom, seperti dalam keterangan tertulis yang diterima dari Bendahara Wasathi, Hilman Kurtubi, Minggu (1/8/2021).
Dia melanjutkan konsep khotbah maksimal 15 menit ini sudah banyak berlangsung di Timur Tengah.
Kuwait, Arab Saudi, dan Palestina, misalnya, membatasi durasi khotbah maksimal 15 menit.
Di Kuwait dan Arab Saudi bahkan lebih ketat lagi. Selain waktu, materi khotbah ditentukan oleh negara.
Tentu ini tidak lepas dari pemerintah di sana yang membiayai penuh operasional sehari-hari masjid.
"Kalau di Saudi, Kuwait, Zuhur sepuluh menit sebelumnya sudah dibuka. Khotbahnya diatur maksimal 15 menit. Di kita kadang jadi persoalan karena macam-macam hal. Apakah khatib tidak ada rasa empati kepada jemaah? Yang penting kan rukunnya sama," ujarnya.
Ketua Pembina Wasathi, KH Arif Fahrudin, menilai pembatasan waktu ini akan membuat jemaah lebih fokus mendengarkan khotbah.
Hal ini sekaligus untuk merespons perkembangan zaman yang semakin penuh ketidakpastian.
Kondisi zaman juga mendorong matinya kepakaran, termasuk bergesernya kepercayaan terhadap ulama.
Khotbah yang lebih ringkas ini diharapkan bisa membuat jemaah lebih khusyuk, tidak tertidur dan tetap mampu mendengarkan materi khotbah khatib secara utuh.
Sehingga kepercayaan terhadap sebagian ulama yang mulai luntur, bisa tumbuh kembali dengan materi khotbah yang bergizi.
"Sekarang sudah masuk zaman pergeseran. Disrupsi tidak hanya di sektor ekonomi, namun juga delegitimasi ulama. Dulu kita mungkin masih tawadu terhadap ulama, kalau sekarang sulit untuk percaya, apalagi jika berseberangan dengan keyakinan kita. Banyak media yang kita tidak tahu kualitasnya seperti apa, namun itu yang sekarang banyak dijadikan rujukan," tutur Arif. [Democrazy/dtk]