DEMOCRAZY.ID - Pengamat politik dan akademisi Rocky Gerung mengungkapkan nasionalisme semu di balik kembalinya pengelolaan Blok Rokan ke tangan Pertamina.
Rocky Gerung menganggap bahwa Pertamina juga turut berebut pengaruh dengan mengusung jargon nasionalisme kepada publik meski terdapat potensi korupsi di baliknya.
"Ini kita mau berebut soal nasionalisme, Pertamina gak mau kalah. Tapi kita bayangkan bahwa jangan-jangan justru lebih berat dikelola Pertamina daripada dikelola Chevron karena ini soal hitung-hitungan ongkos aja, apalagi soal potensi korupsi dimana-mana," kata Rocky Gerung sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Rocky Gerung Official pada Sabtu, 14 Agustus 2021.
Rocky Gerung mengungkapkan bahwa kembalinya pengelolaan Blok Rokan ke tangan Pertamina dari Chevron tak jauh berbeda dengan kasus akuisisi Freeport oleh Inalum.
Rocky Gerung menjelaskan bahwa apa yang terjadi dengan pengelolaan Blok Rokan saat ini tak lepas dari hal-hal yang sifatnya transaksional semata.
"Ini sama dengan Freeport, seolah-olah dengan gagah berani kita ambil alih. Jadi semua transaksi yang sifatnya bisnis internasional, dia memang ada kadaluarsanya saat di mana mesti diselesaikan," ujarnya.
Rocky Gerung kemudian mempertanyakan sikap Pertamina yang memasang iklan besar-besaran di sebuah surat kabar harian nasional dalam ukuran satu halaman penuh terkait kembalinya pengelolaan Blok Rokan.
Rocky Gerung berpendapat, iklan tersebut dibuat tak lain dan tak bukan hanya untuk menyenangkan Presiden Jokowi agar memperoleh materi untuk pencitraan ketika berpidato di forum Sidang Tahunan MPR-DPR-DPD pada 16 Agustus 2021 mendatang.
"Tetapi Pertamina ini juga konyol, dia buat iklan besar-besaran hanya supaya Pak Jokowi baca iklan itu gede-gede kan? Kan Pak Jokowi nggak ngerti soal-soal beginian. Nanti 16 Agustus ngucapin bahwa Rokan telah kembali," katanya.
Rocky Gerung kemudian menyindir momen kembalinya pengelolaan Blok Rokan yang digembar-gemborkan bahwa negara melalui Pertamina seolah-olah telah merebutnya kembali dari tangan Chevron secara heroik.
Bahkan, dia mengatakan bahwa momen ini akan menjadi ladang baru bagi buzzer pro pemerintah dalam perayaan HUT RI ke-76.
"Tapi lepas dari itu, orang menganggap bahwa kita merebut dengan cara yang heroik, padahal itu cuma dialihkan suratnya. Jadi ini seolah-olah bangsa yang heroik, padahal ini cuma transaksi yang satu pasal di hukum perdata internasional. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh buzzer yang juga merayakan, pasang bendera merah putih, Blok Rokan telah kembali," ujar dia.
Rocky Gerung menegaskan bahwa kembalinya pengelolaan Blok Rokan oleh Pertamina yang digembar-gemborkan oleh pemerintah sejatinya merupakan nasionalisme yang bersifat semu dan hanya tampak di permukaan saja.
Rocky Gerung mengingatkan kepada pemerintah bahwa meski Blok Rokan telah kembali ke tangan Pertamina, tidak serta merta akan mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi.
"Sekali lagi, permainan semacam ini cuma di permukaan aja dan orang menganggap 'Ya, Rokan telah kembali' segala macam tapi 'Hati kami tidak bisa direbut kembali oleh rezim pembohong', kira-kira begitu," tuturnya. [Democrazy/pkr]