DEMOCRAZY.ID - Lomba penulisan artikel tingkat nasional untuk hari Santri Nasional yang diselenggarakan oleh BPIP menuai kritik.
Pasalnya, ada yang menilai tema dalam lomba artikel tersebut membenturkan nilai nasionalisme dengan agama.
Mulanya, poster terkait informasi lomba ini disampaikan BPIP melalui akun Twitternya, Rabu (11/8/2021).
Lomba ini diadakan untuk memperingati hari Santri Nasional.
Ada dua tema yang diusung dalam lomba penulisan artikel ini. Yakni 'Hormat Bendera Menurut Hukum Islam' dan 'Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam'.
Lomba ini berhadiah total Rp 50 juta.
#SalamPancasila
— Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (@BPIPRI) August 11, 2021
Halo #SobatPancasila dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2021 Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menggelar lomba: Kompetisi Penulisan Artikel Tingkat Nasional.
...#LombaPancasila#BulanPancasila2021#CeritaPancasila#BPIP pic.twitter.com/7Kpzs7GqYb
Namun, banyak yang mengkritik lomba penulisan artikel ini.
Sebab, ada yang menilai kedua tema tersebut membenturkan nasionalisme dan nilai agama Islam.
Selain itu, tema tersebut dianggap dangkal dan diskriminatif.
Salah satu kritik itu datang dari anggota DPR dari Fraksi Gerindra, Fadli Zon.
Fadli Zon menuding tema yang diusung dalam lomba tersebut merupakan produk Islamophobia.
"Tema lomba BPIP ini menunjukkan betapa dangkalnya BPIP memahami Islam dan Pancasila. Ini produk Islamophobia akut dan cenderung menuduh Islam mempermasalahkan hormat bendera dan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Segeralah ganti tema agar tdk memecah belah bangsa," kata Fadli Zon lewat akun Twitternya @fadlizon, Jumat (13/8).
Penjelasan BPIP
Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo (Romo Benny) pun meluruskan maksud lomba artikel hari Santri yang ramai diprotes itu.
Dia mengatakan lomba ini memang dikhususkan untuk hari Santri sehingga temanya pun disesuaikan.
"Khusus untuk hari Santri, BPIP memang membuat lomba-lomba yang dikhususkan untuk itu. Tapi BPIP juga akan membuat lomba-lomba untuk hari besar, seperti Natal, Waisak atau hari besar Galunggung, Kong Hu Chu," kata Romo Benny kepada wartawan, Jumat (13/8).
"Temanya kan memang khusus karena itu menyangkut santri kan. Kan nanti juga misalnya menurut Kristen gimana penghormatan bendera. Untuk agama Budha, Kong Hu Chu, Hindu juga akan ada," lanjutnya.
Dia menegaskan tidak ada maksud membenturkan nilai agama dan nasionalisme sebagaimana narasi yang diviralkan.
Menurutnya, tema itu dimaksudkan untuk memupuk rasa cinta pada Tanah Air.
"Nggak ada pembenturan itu. Nggak ada. Maksudnya ini memupuk cinta pada tanah air," ujarnya. [Democrazy/rep]