DEMOCRAZY.ID - Politisi Partai Demokrat, Cipta Panca Laksana menyoroti perbedaan sikap Koordinator PPKM Jawa-Bali, Luhut Binsar Pandjaitan soal herd immunity.
Presiden Jokowi dan Luhut sempat mengatakan bahwa herd immunity bisa terwujud pada Agustus-September.
Namun, kini Luhut menyebut herd immunity sulit terwujud karena tak ada vaksin yang 100% mujarab.
Panca pun menyindir perbedaan sikap Luhut yang juga Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Menkomaves) itu.
“Cangkeme opung mencla mencle udah persis kayak Mukidi ngomongnya sembarangan,” katanya melalui akun Twitter Panca66 pada Selasa, 3 Agustus 2021.
“Kalau nga mampu angkat bendera putih aja. Iya nga sih?” tambah Deputi Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) Paerai Demokrat itu.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menyampaikan target herd immunity di Jawa-Bali terwujud pada Agustus ini dengan menggencarkan vaksinasi.
“Jawa segera masuk ke herd immunity kita harapkan di bulan Agustus akhir, atau paling lambat pertengahan September,” katanya pada Sabtu, 17 Juli 2021.
Beberapa hari setelahnya, Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan herd immunity bisa tercapai pada September.
“Herd immunity Jawa-Bali September. Jakarta sudah mendekati 75%. Jakarta saya kira bulan depan bisa, Bali sudah 80%,” ujarnya pada Selasa, 20 Juli 2021.
Namun, pada Senin, 2 Agustus 2021, Luhut menyatakan bahwa herd immunity susah terwujud.
Hal itu disampaikan Luhut saat menjelaskan soal strategi pengendalian Covid-19 di Indonesia yang ditayangkan ke publik lewat kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Awalnya, Luhut menjelasakan bahwa Angka reproduksi virus Corona saat ini adalah 1,2 hingga 1,5. Agar Covid-19 dapat terkendali, angka reproduksi haris diturunkan sampai 1,0.
Menurut Luhut, cara mengendalikan angka reproduksi itu tidak bisa hanya mengandalkan vaksinasi saja, melainkan juga harus dibarengi dengan 3M dan 3T yang gencar.
Sebagai catatan, 3M adalah protokol kesehatan pencegahan Covid-19 berupa memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak.
Sementara, 3T adalah strategi testing, tracing (pelacakan COVID-19), dan treatment (perawatan pasien COVID-19).
“Dan ini semua kami persiapkan untuk menahan endemik ini, karena herd immunity ini sulit dicapai karena efikasi pada setiap vaksin itu tidak ada yang 100%,” kata Luhut. [Democrazy/dtk]