PERISTIWA

Jusuf Kalla Sampaikan Analisis soal Gerakan Taliban dan Nasib Afghanistan

DEMOCRAZY.ID
Agustus 16, 2021
0 Komentar
Beranda
PERISTIWA
Jusuf Kalla Sampaikan Analisis soal Gerakan Taliban dan Nasib Afghanistan

Jusuf Kalla Sampaikan Analisis soal Gerakan Taliban dan Nasib Afghanistan

DEMOCRAZY.ID - Situasi di Afghanistan kian memanas usai Ibu Kota Kabul jatuh ke tangan kelompok Taliban. 


Namun, Wakil Presiden RI ke-10 dan 12 Jusuf Kalla (JK) optimis Afghanistan tak akan jatuh dalam pertumpahan darah dan perang saudara.


JK, saat menjabat Wakil Presiden periode 2014-2019, pernah mewakili Pemerintah RI dan beberapa kali terlibat dalam perundingan dan berbicara langsung dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, serta para petinggi Taliban.


Bahkan perwakilan Pemerintah Aghanistan dan Pemimpin Politik Taliban, secara bergantian diundang pernah makan di kediaman dinas Wakil Presiden RI, Jalan Diponegoro Menteng - Jakarta Pusat.


"Baik Taliban maupun Pemerintah Afghanistan sama-sama meyakini bahwa mereka bersaudara dan tidak akan memerangi negara yang sudah ditinggalkan oleh tentara Amerika Serikat (AS)," ujar JK dalam keterangan tertulisnya, Senin (16/8/2021).


"Saya kenal baik dengan Presiden Ashraf Ghani dan Kepala Kantor Politik Taliban Mullah Abdul Gani Baradar. Akhir Desember tahun lalu, saya bertemu Presiden Ghani di Kabul. Sedangkan Januari 2021 lalu saya bertemu Mullah Baradar di Doha, Qatar. Mereka akan berupaya menyelesaikan secara damai konflik di Afghanistan yang sudah berjalan hampir 30 tahun," lanjutnya.


JK yakin Taliban juga tidak akan mengusik kantor-kantor kedutaan negara asing, utamanya Kedubes RI di sana.


"Mereka (pihak Taliban) juga sudah menyampaikan tidak akan mengusik kantor-kantor kedutaan besar negara asing di Afghanistan, apalagi Kedubes RI," ungkap JK.


JK menjelaskan dunia kini menantikan masa depan Afghanistan setelah Taliban berkuasa. Dia berharap Afghanistan menjadi negara yang terbuka dengan kerjasama.


"Saya harapkan Afghanistan terbuka dengan kerjasama dengan negara-negara lain yang tidak punya kepentingan politik, tetapi kerjasama perekonomian," tuturnya. [Democrazy/dtk]

Penulis blog