DEMOCRAZY.ID - Pengamat politik, Zaki Mubarak membeberkan analisanya soal kekuatan Mantan Wapres RI Jusuf Kalla (JK) dan Eks Pentolan FPI Habib Rizieq Shihab di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta ini menilai kekuatan Jusuf Kalla masih paling kuat dibanding Rizieq Shihab di Pilpres 2024.
“Jelas JK masih punya pengaruh ekonomi dan politik yang kuat,” ujar Zaki Mubarak.
Ia menjelaskan, Jusuf Kalla yang merupakan Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) itu memiliki jaringan yang luas dan kekuatan finansial.
Selain itu, kata Zaki, selama ini JK masih menjadi patron sejumlah politikus dan pebisnis Indonesia.
“Untuk Pilpres 2024, dia (JK) akan akan menjadi salah satu faktor penting dan pasti akan turut bermain,” ungkap Zaki, Selasa 3 Agustus 2021.
Sementara Rizieq Shihab, menurut Zaki, juga masih memiliki kekuatan di Pilpres 2024. Namun, tak sebesar saat di Pilpres 2019 lalu.
“Jika dia (Habib Rizieq, red) sedang menjalani hukuman, pengaruhnya berkurang, tetapi tidak hilang,” tuturnya.
Sekadar diketahui, Jusuf Kalla (JK) sempat mengaku pernah menolak tawaran dukungan suara dari eks pentolan Front Pembela Islam Habib Rizieq Shihab (HRS).
Tawaran dukungan suara dari HRS itu, kata Jusuf Kalla, disampaikan menjelang pemilihan presiden atau Pilpres 2009 lalu.
Kala itu, perjuangan Jusuf Kalla dan pasangannya Wiranto di Pilpres 2009 memang terbilang sulit.
Pasalnya, JK harus berhadapan dengan nama-nama populer lain seperti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Budiono serta Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto.
Lantaran hal itulah, HRS lantas menawarkan bantuan suara dari pendukungnya untuk membantu JK memenangkan Pilpres kala itu.
Pria yang kerap mengenakan sorban putih itu kemudian datang langsung ke rumah JK, dan memberikan sejumlah syarat.
“Dia (Habib Rizieq Shihab) saat itu bilang, ‘Saya akan mendukung bapak asal ada pernyataan siap menjalankan syariat Islam’,” kata Jusuf Kalla.
Mendengar ucapan Rizieq Shihab tersebut, Jusuf Kalla lantas tersinggung lantaran menurutnya syariat Islam telah dijalankan di Indonesia sejak lama dan tak pernah ada yang mengusik.
“Saya bilang, saya tersinggung dengan perkataan Habib Rizieq. Saya tanya, Syariat Islam apa yang tidak bisa dijalankan di Indonesia?,” ujarnya. [Democrazy/sra]