DEMOCRAZY.ID - Mahfud MD dan NU tidak bisa melindungi Joko Widodo (Jokowi) bila rakyat menginginkan presiden jatuh dari kekuasaan.
“Omongan Mahfud MD yang menyebut Pandemi tidak bisa dijadikan alasan untuk menjatuhkan Jokowi, atau karena ada dukungan NU terhadap Jokowi, hanyalah basa-basi untuk menguatkan psikologi kekuasaan yang saat ini telah rapuh, keropos, sadar tidak memiliki basis dukungan rakyat kecuali dari para buzzer,” kata Sastrawan Politik Ahmad Khozinudin, Rabu (28/7/2021).
Kata Khozinudin, pernyataan Mahfud tersebut memperlihatkan kegelisahan Menkopolhukam atas keinginan rakyat mengganti Presiden Jokowi.
“Bahasa sederhananya, justru konfirmasi kegelisahan Mahfud atas potensi kejatuhan Jokowi,” paparnya.
Ia mengatakan, pernyataan seorang KH Said Aqil Siradj dalam menjaga kekuasaan rezim sangat dinamis.
Sang kiai, setiap saat dapat bermanuver bersama rakyat dan ikut menggerogoti legitimasi kekuasaan Jokowi.
“Pernyataan Said Aqil Siradj meskipun dinisbatkan kepada NU, tetap saja tak dapat menjadi garansi untuk menjaga kekuasaan Jokowi. Politik sangat dinamis, politisi dan partai akan selalu memiliki alasan jika setiap saat pergi meninggalkan Jokowi,” jelasnya.
Ia mengatakan, apabila Jokowi jatuh posisi Presiden akan diambil oleh Ma’ruf Amien.
Artinya, kalau ada dendam politik NU terhadap PDIP, maka proses penjatuhan Jokowi akan menjadi bayaran lunas atas dendam sejarah NU terhadap PDIP.
PKB, tentu lebih happy Presiden dari kalangan NU ketimbang petugas partai dari PDIP.
Sejumlah partai lainnya, juga akan balik badan jika suara mayoritas rakyat menghendaki Presiden Jokowi mundur dari jabatannya.
“Golkar, Gerindra, dan Nasdem lebih fleksibel untuk mengubah haluan politik. Apalagi Golkar, politik Golkar terkenal paling dinamis dan dapat menyesuaikan dengan berbagai perubahan,” pungkasnya. [Democrazy/suaranas]