DEMOCRAZY.ID - Pemerintahan Presiden Jokowi kembali membuat heboh masyarakat usai utang luar negeri indonesia mencapai angka Rp6.418 triliun pada akhir Mei 2021 lalu.
Saat ini dikabarkan utang pemerintahan Presiden Jokowi telah melampaui batas yang direkomendasikan oleh IMF dan International Debt Relief (IDR).
Utang pemerintahan Presiden Jokowi yang semakin menggunung itu pun mendapat sorotan banyak pihak tak terkecuali Akademisi Cross Culture Institute yakni Ali Syarief.
Melalui akun Twitter pribadinya, Ali Syarief tampak membandingkan pemerintahan Presiden Jokowi dengan pendahulunya yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Menurut Ali Syarief, banyak dari pendukung Jokowi yang sering menilai buruk pemerintahan Indonesia saat dipimpin oleh SBY. Namun Ali Syarief langsung membela dengan mengatakan seburuk-buruknya pemerintahan SBY, menurutnya pernah melunasi utang ke IMF.
"Seburuk-buruk pemerintahan SBY, seperti yg dinilai oleh cebongers, pernah melunasi utang ke IMF," ujarnya, dikutip Selasa 6 Juli 2021.
Ali Syarief mengatakan pemerintahan SBY sudah berhasil melunasi utang ke IMF yang berarti negara yang dipimpinnya berkemampuan untuk membayar utang.
Ia menyebutkan bahwa pada masa pemerintahan SBY berhasil membayar utang ke IMF, ekonomi Indonesia tumbuh hingga angka 7%.
Tak hanya itu, Ali Syarief juga menyampaikan bahwa BBM dan listrik sangat masif mendapat subsidi pada masa pemerintahan SBY.
"Artinya negara yg dipimpinnya, berkemampuan bayar utang. Ekonomi tumbuh hingga ke 7%. BBM, Listrik massiv mendapat subsidi," katanya.
Lantas dari keberhasilan pemerintahan SBY yang mampu membayar utang ke IMF dan menumbuhkan ekonomi Indonesia ke angka 7%, Ali Syarief pun tampak seolah ingin menyentil Pemerintahan saat ini.
Bahkan Ali Syarief tampak mempertanyakan terkait hasil dan prestasi apa yang diraih pemerintahan saat ini dibawah kepemimpinan Presiden Jokowi.
Alih-alih menyamai atau mendekati keberhasilan pemerintah SBY dalam melunasi utang ke IMF, pemerintahan Presiden Jokowi justru kembali menambah pundi-pundi utang.
"Lha, yang sekarang, akut buruk," pungkasnya. [Democrazy/tmn]