AGAMA

Sindir Ulama Tapi Poligami, Kiai NU: Lecehkan Perempuan, Bisa Jadi Dia Bukan Orang Alim!

DEMOCRAZY.ID
Juni 17, 2021
0 Komentar
Beranda
AGAMA
Sindir Ulama Tapi Poligami, Kiai NU: Lecehkan Perempuan, Bisa Jadi Dia Bukan Orang Alim!

Sindir-Ulama-Tapi-Poligami-Kiai-NU-Lecehkan-Perempuan-Bisa-Jadi-Dia-Bukan-Orang-Alim

DEMOCRAZY.ID - Isu soal poligami marak di kalangan ulama. Bahkan yang terbaru, ramai diperbincangkan netizen, seperti kasus yang menimpa ulama kondang Aa Gym dan Teh Ninih, karena menimbulkan kegaduhan di ruang publik. 


Lantas bagaimana sebenarnya Islam memandang poligami?


Terkait hal ini Kiai NU Taufik Damas memberi penjelasan. Dia memang tidak menyinggung langsung apa yang terjadi soal poligami pada rumah tangga ulama Aa Gym dan Teh Ninih.


Namun Wakil Katib Syuriyah Pengurus Wilayah NU DKI Jakarta ini menegaskan sudut pandang poligami dari sejarah peradaban manusia ketika ditanya soal kasus poligami yang menimpa ulama dan bikin heboh. Seperti apa?


Islam Semangat Membatasi Poligami


Kata Kiai Taufik, dahulu sebelum Islam datang banyak lelaki yang memiliki banyak sekali istri. 


Bahkan perbandingannya bisa 1 banding 100. Tetapi setelah Islam datang, kata Taufik, dianjurkan hanya beristri 4.


Tujuan Islam mengatur ini sendiri, karena tentu memiliki semangat menghargai perempuan. 


Sehingga Islam kemudian mendorong semangat membatasi. 


Sampai akhirnya ada ayat poligami dalam agama Islam.


“Sebetulnya kalau disebut ayat poligami itu kurang tepat. Namun yang pasti Surat Annisa ayat 3 memang membatasi praktik poligami pada masa itu, yang banyak beristri 10, 12, 16 dan seterusnya. Semangatnya membatasi. Tapi justru oleh orang menganggap ayat itu sebagai motivasi untuk poligami,” kata dia disitat Tagar TV, Kamis 17 Juni 2021.


Taufik mencontohkan ketika zaman nabi, ada seorang sahabat yang memiliki istri sampai belasan. 


Lalu oleh Nabi Muhammad diminta untuk dikurangi.


“Sebenarnya semangat Islam itu monogami, bukan poligami. Poligami itu boleh tapi dalam kondisi darurat (mandul), bukan dalam kondisi normal,” katanya.


Apalagi belakangan poligami termasuk yang terjadi pada kehidupan ulama hanya menyisakan kemelut rumah tangga dan keretakan hubungan. 


Maka itu, kata dia, dalam fiqih kontemporer, poligami dibolehkan tetapi tak boleh dilakukan sembarangan.


Awas Ulama Lecehkan Perempuan


Pada kesempatan itu, Taufik kemudian menyinggung adanya gerakan pendakwah seperti ulama yang seolah membuat gerakan poligami termasuk diseminarkan agar wajar diterima masyarakat. Menurut dia, aksi itu adalah keliru.


“Itu keliru, itu salah, berarti dia tidak paham dasar hukum Islam. Apalagi mohon maaf, kita ini kan sebenarnya juga mendorong kesetaraan, Islam mendorong kesetaraan laki-laki dan perempuan. Jadi kalau ada gerakan mendorong gerakan poligami, apalagi dilakukan ulama atau diseminarkan, bagi saya itu menunjukkan semangat anti kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.”


Dia juga menyebut jika ada ulama yang memandang demikian, itu bukan manifestasi religiusitas seseorang, tetapi bukti pelecehan terhadap perempuan.


“Saya sering katakan kita itu lahir dari rahimnya perempuan, bukan perutnya laki-laki, jangan rendahkan Islam. Salah kalau sampai dikampanyekan (Poligami),” katanya.


“Saya sering ketemu orang poligami, anak dari istri pertama dan anak dari istri kedua enggak pernah akur. Apalagi jika orangtuanya meninggal, maka akan langsung terjadi perselisihan keluarga, apalagi menyangkut warisan.”


Inilah yang sebenarnya harus dipikirkan, bahwa fakta praktik poligami tidak selamanya damai dan tentram dalam sebuah biduk rumah tangga. Dia memang dibolehkan, tetapi bukan sunah. [Democrazy/hps]

Penulis blog