DEMOCRAZY.ID - Pengamat politik, Rocky Gerung turut menanggapi hukuman yang dijatuhkan pada eks Pimpinan Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab (HRS).
Diketahui dalam sidang putusan kasus tes swab Rumah Sakit UMMI, Bogor, Jawa Barat yang digelar pada Kamis, 24 Juni 2021, HRS divonis hukuman empat (4) tahun penjara.
Majelis Hakim membacakan hal yang memberatkan di antaranya perbuatan HRS dianggap meresahkan warga karena menyatakan kondisi sehat meski terkonfirmasi terpapar Covid-19.
Menurut Rocky, putusan hakim memvonis HRS empat tahun penjara akan membuat keonaran baru di publik.
“Nah putusan hakim ini akan membuat keonaran di publik,” ucapnya dilansir melalui kanal Youtube Rocky Gerung Official, Rabu, 24 Juni 2021.
Karena, kata dia, keadilan itu bukan terdapat di ruang sidang, melainkan di publik.
“Karena di dalam semua peristiwa hukum yang ada nuansa politik, keadilan itu bukan di ruang sidang, keadilan itu adalah rasa di publik,” jelasnya.
Hal ini karena nama HRS mengandung unsur politik.
“Lain kalau soal kriminal, ini ada aspek politiknya tuh, karena nama HRS adalah nama yang politis,” imbuh dia.
Ahli filsuf ini lalu menganalisa bahwa istana atau kekuasaan telah menarget HRS satu paket dengan FPI dan Munarman.
“Saya pakai istilah itu, target politik istana terhadap HRS. Kenapa? Karena dari awal memang ditarget, satu paket dengan FPI, Munarman, jadi publik melihat itu,” tuturnya
Lebih lanjut, ia menuturkan, ia merayakan peristiwa ini karena HRS berani mengajukan banding.
“Jadi anggap saja bahwa ini memang satu peristiwa yang musti kita rayakan, saya merayakan ini karena tiba-tiba HRS langsung menyatakan banding,” kata dia.
Karena biasanya, menurut Rocky, HRS berpikir dahulu, namun kali ini ia langsung mengajukan banding dan ini senada dengan kemauan publik.
“Kan biasanya dia pikir-pikir dulu kan, itu semacam basa-basi lah. Tapi dia gak uji keuntungannya di situ, kalau gue banding apa untungnya, gak banding, dia langsung bilang banding. Kenapa? Karena publik di luar juga sebetulnya sudah tau dan mau banding,” ungkapnya. [Democrazy/gmd]