Usut punya usut, ternyata bom yang digunakan Israel di jalur Gaza, Palestina tak lepas dari campur tangan Amerika Serikat (AS).
Pernyataan tersebut diungkapkan Senator AS sekaligus mantan calon presiden dari Partai Demokrat, Bernie Sanders.
Sanders secara terang-terangan mengungkapkan bahwa bom yang menghancurkan Gaza serta membunuh wanita dan anak-anak merupakan buatan AS.
Sehingga secara tak langsung, negeri Paman Sam tersebut memiliki andil dalam penyerangan di Gaza.
Oleh sebabnya, Sanders mengajak semua pihak untuk mengampanyekan resolusi pemblokiran penjualan senjata AS kepada Israel senilai USD735 juta (Rp11 triliun).
Ajakan tersebut diajak di tengah pemboman yang semakin berlanjut di jalur Gaza.
Menyadur laporan Al Jazeera, sebagaimana diketahui Israel merupakan sekutu AS di Timur Tengah.
Bahkan AS jadi pemasok senjata utama dan pelindung Israel dalam berbagai upaya internasional di PBB untuk mengecam rezim Zionis.
Sanders memperkenalkan undang-undang (UU) tersebut dengan harapan bisa memblokir penjualan Amunisi Serangan Langsung Bersama dan Bom Diameter Kecil.
Usulan tersebut diungkapkan Sanders sehari setelah sejumlah tokoh Partai Demokrat di DPR memperkenalkan undang-undang serupa setelah diberitahu tentang penjualan senjata itu pada 5 Mei.
“Pada saat bom buatan AS menghancurkan Gaza, dan membunuh wanita dan anak-anak, kita tidak bisa begitu saja membiarkan penjualan senjata besar-besaran berlangsung bahkan tanpa debat kongres,” ungkap Sanders dalam keterangan tertulis, pada Jumat, 21 Mei 2021.
“Saya percaya bahwa Amerika Serikat harus membantu memimpin jalan menuju masa depan yang damai dan makmur bagi Israel dan Palestina. Kita perlu melihat dengan saksama apakah penjualan senjata ini benar-benar membantu melakukan itu, atau apakah itu hanya memicu konflik,” sambungnya.
Anggota Parlemen AS Lebih Banyak Dukung Israel Ketimbang Palestina
Resolusi tersebut membutuhkan mayoritas sederhana untuk disahkan di kedua kamar Kongres sebelum mencapai meja Presiden Joe Biden, yang kemudian dapat memvote resolusi tersebut.
Kemudian akan membutuhkan dua pertiga mayoritas di kedua kamar parlemen untuk lolos, ambang batas yang tidak dapat diatasi.
Dukungan untuk Israel tetap kuat di antara para anggota parlemen AS, meskipun sekelompok progresif semakin menyerukan pendekatan yang lebih kritis kepada sekutu AS tersebut.
Bahkan sampai saat ini, AS menyediakan bantuan senilai USD3,8 miliar yang hampir tanpa syarat setiap tahun.
Semakin banyak Demokrat yang lebih moderat dan beberapa Republik juga telah bergabung dengan seruan untuk gencatan senjata di tengah eskalasi yang terus berlanjut.
Terhitung sejak serangan 10 Mei 2021 hingga saat ini, serangan brutal Israel telah menewaskan 230 warga Palestina, termasuk 65 anak-anak, di Gaza.
Sebaliknya, sebanyak dua belas warga Israel yang di antaranya terdiri dari dua anak dikabarkan tewas oleh roket yang ditembakkan kelompok pejuang di Gaza.
AS telah berulang kali memblokir pernyataan bersama Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata, dengan utusan AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengatakan, “AS tidak menilai bahwa pernyataan publik saat ini akan membantu menurunkan ketegangan.”
Setelah sebelumnya dianggap sakral, penjualan senjata AS dan dukungan militer ke Israel semakin dipertanyakan secara terbuka oleh beberapa anggota parlemen.
Setelah memperkenalkan undang-undang untuk menghentikan penjualan senjata terbaru di DPR, anggota parlemen yang progresif, Alexandria Ocasio-Cortez menulis tweet, “AS tidak boleh menjadi stempel karet penjualan senjata kepada pemerintah Israel karena mereka menggunakan sumber daya kita untuk menargetkan kantor media internasional, sekolah, rumah sakit, misi kemanusiaan dan lokasi sipil untuk pemboman.”
“Kita memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak asasi manusia,” papar dia. [Democrazy/hps]