"Kalau lagi tidak ada masalah pasti mereka juga tidak dibajak. Itu kan dalam rangka menggangu hubungan Novel dan Sujanarko dengan teman-teman yang lain dalam menuangkan aspirasi untuk kembali aktif di KPK," ungkap Boyamin, Jumat (21/5/2021).
Apalagi, kata Boyamin, disebut banyak pihak yang ingin sekali Novel dan kawan-kawan keluar dari lembaga antirasuah.
Namun, ternyata perjuangan Novel bersama pegawai lainnya yang tak lulus menjadi aparatur sipil negara (ASN) mendapat dukungan dari Presiden Joko Widodo.
Maka itu, kata Boyamin, segala cara dilakukan oleh pihak-pihak yang ingin sekali Novel keluar dari KPK.
"Tapi tidak diperhitungkan ternyata presiden memberikan perlindungan. Maka mereka tambah gencar melakukan serangan dan melakukan gangguan untuk dengan harapan Novel nanti tetap out dkk. Jadi prosesnya pembajakan ini salah satu bentuk mengeluarkan Novel dari KPK," ucap Boyamin.
Dengan cara seperti itu, kata Boyamin, dianggap akan semakin melemahkan perjuangan Novel dan Sujanarko.
Apalagi, sejumlah koalisi masyarajat sipil dari ICW juga mendapatkan teror peretasan nomor telepon.
Maka, cara-cara itu dipakai untuk meredam Nobel dan kawan-kawan untuk melakukan perjuangan demi hak-hak mereka di KPK.
"Karena mereka nanti perjuangan ini semakin lemah, antar mereka 75 orang itu dan juga yang dari ICW dan beberapa pimpinan KPK dibajak dan perjuangan mereka supaya melemah dan lama-lama hilang," kata Boyamin
Adapun pihak-pihak yang dimaksud Boyamin ialah bukan dari internak KPK sendiri.
Namun, pihak-pihak luar yang ingin memanfaatkan situasi agar Novel dapat keluar dari KPK.
"Dan ini prinsipnya orang luar loh yaa. Bukan orang dalem. Jadi, saya tidak menuduh orang dalam pimpinan KPK ya bukan. Jadi orang-orang luar yang berkhendak Novel itu keluar," kata dia. [Democrazy/sra]