Dalam video berjudul ‘BizBeat Ep.128: Why does the U.S. act as diplomatic shield for Israel’ itu, CGTN juga menyinggung soal alasan Amerika Serikat (AS) yang kerap membela Israel dalam urusan politik luar negeri.
Dalam tayangan tersebut, yang dibawakan oleh Zheng Junfeng, dipertanyakan dukungan AS terhadap Israel, apakah benar-benar didasarkan pada nilai-nilai demokrasi atau bukan.
CGTN juga mengungkap alasan di balik AS yang selalu mendukung Israel. Katanya, kebijakan pro Israel-nya Amerika Serikat dapat dilacak pada pengaruh orang-orang Yahudi kaya di negeri Paman Sam tersebut.
Selain itu, Zheng Junfeng dalam tayangan tersebut juga menyebut bahwa terdapat kemungkinan lobi-lobi yang dilakukan orang-orang Yahudi kaya ke para pembuat kebijakan luar negeri AS.
“Orang Yahudi mendominasi sektor keuangan dan internet. Jadi, apakah mereka memiliki lobi kuat yang dikatakan beberapa orang? Bisa jadi,” kata Zheng Junfeng. Bersama dengan itu, layar juga menampilkan beberapa orang berpengaruh keturunan Yahudi, termasuk pemilik Facebook, Mark Zuckerberg.
Lebih jauh, Zheng juga membongkar alasan lain, dengan menyebut bahwa Israel adalah gerbang Amerika Serikat di Timur Tengah dan sebagai wakil dalam kampanyenya untuk mengalahkan pan-Arabisme.
Dikritik Pemerintah Israel
Begitu tayangan tersebut dibagikan di Twitter CGTN, Pemerintah Israel melalui Kedutaan Besar-nya di China langsung memprotesnya. Dalam cuitannya, Kedubes Israel di China mengaku terkejut dengan hal itu dan menyebut bahwa tayangan itu sebagai ‘anti-Semitisme terang-terangan.’
Israel juga menulis, “Kami berharap bahwa teori konspirasi ‘Yahudi mengendalikan dunia’ sudah berakhir, sayangnya anti-Semitisme telah menunjukkan wajah jeleknya lagi,” katanya dilansir Jumat 21 Mei 2021.
Kemudian Israel menyatakan bahwa tayangan video CGTN tersebut bersifat rasis dan berbahaya.
“Mengklaim bahwa orang Yahudi sebagai suatu bangsa yang memiliki kendali atas pemerintah lain adalah keterlaluan,” lanjut cuitan Kedubes Israel.
“Yahudi disalahkan karena berhasil dan menggunakan kesuksesan mereka untuk mempengaruhi politik dunia. Itu tidak benar di masa lalu dan tidak benar juga pada hari ini. Israel adalah negara orang-orang Yahudi, dan memiliki hak untuk hidup secara legal dan historis, bukan karena persekongkolan,” cuitnya lagi.
Sebagai sebuah negara, klaim Kedubes, Israel berhak untuk melindungi warganya dari serangan teror.
Begitu pula dengan negara-negara lain yang mendukung Israel, termasuk AS, karena mereka yakin bahwa Israel punya hak untuk melindungi diri, katanya Kedubes dalam cuitan lanjutan.
Kedubes Israel di penghujung cuitannya mengaku kecewa dan meminta CGTN untuk menurunkan video tersebut.
Akhirnya, video yang dibagikan CGTN di Twitter tersebut dihapus, begitu pula di situs resminya. [Democrazy/hps]