Adapun kesepakatan gencatan senjata dengan Israel itu dicapai melalui mediasi Mesir.
Penuh keharuan, warga Palestina tampak membanjiri jalan-jalan di Jalur Gaza untuk merayakan pencapaian tersebut.
Bagaimana tidak? Selama 11 hari ini mereka hidup dalam kekhawatiran akan menjadi target serangan udara pasukan Zionis.
Namun, terlepas dari hal itu, perlawanan terhadap Israel rupanya mampu memberikan dampak signifikan bagi Zionis yang secara kekuatan sebenarnya berada di atas angin.
Selain memenuhi jalanan, pengeras suara di masjid-masjid pun turut merayakan dan mengabarkan gencatan senjata yang dianggap sebagai kemenangan dalam pertempuran 'Pedang Yerusalem' atas tentara Israel.
Sementara itu, pihak Hamas mengklaim bahwasanya perang selama 11 hari melawan Israel belakangan ini adalah sebuah pencapaian yang luar biasa.
Dengan persenjataan seadaanya, mereka ternyata bisa memberi pelajaran berarti kepada musuh yang memiliki militer dan ekonomi jauh lebih kuat.
Seperti diketahui, Jalur Gaza telah diblokade Israel sejak 2007 silam yang kemudian membuat perekonomian wilayah berpenduduk sekitar 2 juta jiwa itu terpuruk.
Juru Bicara (jubir) Hamas, yakni Abu Ubaida, dengan penuh percaya diri mengatakan bahwa kelompoknya berhasil mempermalukan Israel dalam serangan sejak 10 Mei, 2021.
"Dengan pertolongan Allah, kami berhasil mempermalukan musuh! Entitas yang rapuh dan tentaranya yang buas," ujarnya, pada Jumat, 21 Mei 2021.
Warga Israel pu merespons keputusan gencatan senjata itu dengan rasa senang, meskipun tak dimungkiri mereka tetap diliputi kekhawatiran.
"Bagus konflik akan berakhir, tapi saya merasa kita tidak punya banyak waktu sebelum eskalasi berikutnya," ungak Eiv Izyaev (30), seorang pekerja teknologi informasi yang tinggal di Tel Aviv. [Democrazy/trk]