Dalam sebuah wawancara di televisi yang disiarkan secara langsung akhir pekan lalu, Imran Khan mengatakan peningkatan angka pemerkosaan mengindikasikan "konsekuensi dalam masyarakat mana pun, ketika vulgaritas sedang meningkat".
Lulusan Oxford itu menyebutkan "insiden pemerkosaan sebenarnya telah meningkat sangat pesat di masyarakat," katanya.
Dia menyarankan perempuan untuk menutupi (tubuh) untuk mencegah timbulnya godaan. Demikian dikutip dari kantor berita AFP dilansir dari DW, Kamis 8 April 2021.
"Seluruh konsep ‘purdah' ini untuk menghindari godaan, namun tidak semua orang memiliki kemauan untuk menghindari hal itu," katanya. Dia menggunakan istilah purdah yang merujuk pada praktik keagamaan terkait cara berpakaian perempuan untuk menutup seluruh tubuhnya, dan pemisahan jenis kelamin di tempat umum. Ratusan orang telah menandatangani pernyataan yang beredar via online hari Rabu 7 April 2021, yang menyebutkan komentar Khan "secara faktual salah, tidak sensitif dan berbahaya".
"Kesalahan semata-mata terletak pada pemerkosa, dan sistem yang memungkinkan terjadinya pemerkosaan, termasuk budaya yang dipupuk lewat pernyataan-pernyataan, seperti yang dikemukakan oleh (Khan)," tulis petisi itu.
Komisi Hak Asasi Manusia Pakistan, yang merupakan pengawas HAM independen mengatakan, pihaknya "terkejut" dengan komentar Khan.
"Komentarnya tidak hanya mengkhianati rasa "ketidaktahuan yang membingungkan” tentang di mana, mengapa dan bagaimana pemerkosaan terjadi, tetapi juga menyalahkan korban pemerkosaan, yang seharusnya sudah diketahui pemerintah, dapat berkisar korbannya mulai dari anak-anak hingga korban kejahatan kehormatan," katanya.
Pakistan adalah sebuah negara yang sangat konservatif di mana korban pelecehan seksual sering dipandang curiga dan pengaduan atas tindak kriminal tersebut jarang diselidiki secara serius.
Sebagian besar kehidupan masyarakatnya dikungkungi aturan "kehormatan" di mana perempuan yang dianggap menimbulkan "rasa malu" pada keluarga, kerap dijadikan sasaran kekerasan atau pembunuhan.
Pakistan hampir selalu menempati peringkat terburuk di dunia untuk masalah kesetaraan gender.
Tahun lalu, protes nasional meletus di negara itu ketika seorang kepala polisi menegur korban pemerkosaan beberapa pria, karena mengemudi di malam hari tanpa pendamping laki-laki.
Perempuan itu diserang di depan anak-anaknya di pinggir jalan raya, setelah mobilnya kehabisan bahan bakar.
Tahun lalu, Khan juga dikritik setelah penampilan dia di televisi, di mana orang nomor satu di Pakistan itu gagal menentang pernyataan seorang ulama yang mengatakan virus corona timbul karena kesalahan perempuan.
Dalam penampilan TV akhir pekannya, Khan juga menyalahkan tingkat perceraian di Inggris akibat budaya "seks, narkoba, dan rock and roll" yang dimulai pada tahun 1970-an.
Pernyataannya itu bertentangan dengan kehidupan pribadinya karena Khan pernah dua kali bercerai dan mendapatkan reputasinya di London sebagai ‘playboy‘. [Democrazy/vv]