Prediksi itu muncul setelah Gibran dikunjungi para tokoh nasional dan beberapa menteri sejak dilantik menjadi wali kota Solo.
"Prediksi tersebut terkesan datang dari orang-orang bermental asal bapak senang. Orang-orang yang cari muka ke bapaknya Gibran, Joko Widodo," ujar Jamiluddin dalam pesan singkatnya di Jakarta, Jumat (9/4).
Menurut Jamiluddin, bagi orang yang objektif, tentu tidak cukup alasan untuk mendorong Gibran untuk nyapres 2024.
Sebab, hingga saat ini belum ada prestasi Gibran yang layak dibanggakan. Gebrakannya selama menjadi Wali Kota Solo juga belum ada yang moncer.
"Gibran hanya minta semua kepala dinas punya medsos dan siap berantas prostitusi online," kata Jamiluddin.
Selain itu, kata Jamiluddin, Gibran bersama Kapolresta Surakarta mengobrak-abrik lokasi prostitusi di Kawasan Kestalan dan Gilingan, Banjarsari, Kota Solo, Jawa Tengah.
Dengan gebrakan seperti itu, tentu semakin sulit untuk menginventarisasi prestasi Gibran di level lokal.
"Kalau pun itu dianggap prestasi, mungkin saat Gibran terpilih sebagai wali kota Solo."
Jamiluddin juga menilai elektabilitas Gibran untuk calon presiden juga belum muncul pada berbagai survei.
Hal itu mengindikasikan, Gibran belum diperhitungkan dikancah nasional, khususnya untuk kandidat presiden.
Jadi, tanpa prestasi yang memadai dan elektabilitas yang tidak jelas.
"Gibran didorong-dorong oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Mereka ini hanya para petualang politik yang tujuannya hanya mencari keuntungan finansial," tutur Jamiluddin.
Karena itu, Jamiluddin mengatakan, biarkan Gibran menjalankan tugasnya sebagai wali kota Solo.
Rakyat Solo menanti janji-janji Gibran untuk diwujudkan. Biarkan waktu yang menjawab, apakah Gibran nantinya layak menjadi capres.
"Namun untuk saat ini, pastinya Gibran sangat tidak layak untuk didorong jadi capres 2024," tutupnya. [Democrazy/rep]