Peristiwa keji itu terjadi di Kampung Julukoma, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Kamis (8/4).
KKB menembak mati sang guru dengan dua tempbakan yang mengenai bagian rusuk kanan.
Penembakan itu terjadi saat orang tak dikenal (OTK) diduga anggota KKB pimpinan Sabinuws Waker mendatangi rumah korban.
Saat itu, korban tengan menjaga kios miliknya. Pelaku masuk dan langsung dua kali menembak korban.
Korban kemudian dilarikan ke Puskesmas Beona ditandu pendeta dan guru lainnya untuk mendapat perawatan medis.
Kebrutalan KKB pimpinan Sabinus Waker itu dikutuk keras Kapolda Papua Irjen Pol Matius D Fakhiri.
Menurutnya, guru semestinya dijaga dan dilindungi karena mendidik dan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Papua.
“Guru dan tenaga medis tidak boleh dilakukan kekerasan oleh siapapun termasuk KKB,” tegasnya, Jumat (9/4/2021).
“Saya selaku Kapolda mengutuk keras tindakan ini. Kami akan mengambil langkah langkah penindakan untuk penegakan hukum mencari siapa pelakunya,” sambungnya.
Pihknya menduga, para pelaku adalah KKB pimpinan Sabinus Waker yang sedang menuju ke ilaga atas undangan Lekagak Talenggen dan melakukan penembakan dalam perjalanan.
“Kelompok ini ke Ilaga dalam rangka penyelesaian perang suku. Saya berharap ada intervensi dari pemerintah daerah setempat sehingga orang-orang yang bukan warga Ilaga bisa keluar dari Ilaga dan tidak melakukan kekacauan Kamtibmas di Puncak,” pinta Fakhiri.
Penembakan guru ini disebut Fakhiri sangat berdampak pada dunia pendidikan dan lainnya.
Fakhiri menegaskan bahwa hanya orang-orang bodoh yang tidak punya nurani melakukan penembakan terhadap guru.
“Kasihan tenaga guru. Siapa lagi yang mau mengajar di pedalaman. Jangan lihat dia suku apa, tapi kita harus menghargai itu mereka mencerdaskan anak-anak Papua,” tegasnya lagi.
Kendati demikian, pihaknya memastikan situasi di Puncak Jaya masih bisa dikendalikan anggota Polri dibantu tokoh setempat.
Fakhiri berharap para tokoh bersama aparat TNI-Polri melakukan pendekatan persuasif.
“Kami akan menyusun perkuatan untuk naik ke ilaga melakukan penindakan,” terangnya.
Sementara itu, dari data yang ada, jumlah KKB dari Kodap III Kemabu dan kelompok Yambi kurang lebih 75 orang dengan kekuatan senjata 30 pucuk laras panjang dan pendek.
Kapolsek bersama Danramil koordinasi dengan para tokoh agama dan guru untuk melakukan negosiasi kepada pihak ketiga untuk meminta agar korban bisa dievakuasi ke Puskesmas.
Selain itu, ada korban lain yang sempat mengamankan diri saat kedatangan KKB termasuk istri korban dan dua kerabat korban.
Ketiga orang tersebut sebelumnya bersembunyi di dalam kamar mandi saat pintu digedor KKB. [Democrazy/pjst]