Adapun hal tersebut terjadi pasca pembatalan kajian Islam untuk Ramadan mendatang yang juga berujung pada pencopotan pejabat PT Pelni yang hendak menyelenggarakannya tanpa mengantongi izin direksi.
Adapun alasan PT Pelni membatalkan kajian Islam tersebut selain tak mengantongi izin, juga karena penceramah yang diundang dinilai rata-rata radikal.
Oleh karenanya, berdasarkan pengakuan dari Dede, semua akun media sosialnya diserang gerombolan radikalis.
“Semua akun sosmed saya dihajar gerombolan radikalis. Sudah biasa senyumin aja,” tulis Dede, seperti dikutip pada Minggu, 11 April 2021, via Twitter.
Dede kemudian melanjutkan cuitannya dengan membagikan pesan yang ia tujukan kepada gerombolan radikalis.
Adapun pesan tersebut berupa tangkapan layar cuitan lain miliknya mengenai akun perempuan bercadar.
Dede mengaku sering di-add oleh akun-akun perempuan bercadar yang ia duga kuat terindikasi ormas terlarang HTI.
“Pesan untuk para radikalis dan teman-temannya yang menyerang saya membuta babik," sambungnya.
Dede mengatakan bahwa setelah akun-akun tersebut dikonfirm, mereka langsung mengirim pesan pribadi dengan beragam nasihat propaganda anti pemerintah dan sekaligus menyertakan berbagai macam ayat.
“Bukan saya alergi, tapi apakah anda sudah bisa seperti saya?” tanya Dede lagi pada Minggu, 11 April 2021.
“Kalau belum bisa seperti saya mendidik anak di usia 8 tahun sudah hafal 30 juz Alquran, ndak usah sok nasehatin dengan ayat-ayat yang saya tahu itu cuma copy paste dari WAG,” tutur Dede menohok seraya membagikan foto anaknya yang diklaim telah menjadi penghafal Al-Qur'an sejak usai 8 tahun.
“Foto: Anak saya Kenia Alysha Putri, usia 12 tahun, sudah hafal 30 juz Alquran sejak usia 8 tahun,” pungkas Komisaris PT Pelni tersebut. [Democrazy/trk]