Susan adalah satu dari puluhan emak-emak yang terlibat cekcok dengan polisi yang mengamankan sidang Rizieq siang tadi.
Ditemui di lokasi, Susan mengaku sudah terbiasa berhadapan dengan polisi bahkan kerap ditembakkan gas air mata saat ikut mengawal acara Rizieq.
"Udah biasa (dibubarin). Kena gas air mata. Kita udah biasa. Emang udah risiko perjuangan kalau, kita menegakkan amar ma'ruf nahi munkar seperti ini," kata dia, Selasa (16/3).
Susan mengaku datang bersama sekitar 50 orang temannya dari sebuah majelis di Bekasi.
Teman-temannya kala itu belum datang ke lokasi dan tengah menunggu rekan-rekan lain untuk berangkat bersama.
Hadir di sidang bukan pertama kali bagi Susan. Selain sidang Rizieq, ia juga tak pernah absen hadir di sidang pencemaran nama baik yang menjerat Gus Nur di PN Jakarta Selatan, atau sidang kasus ulama lain yang menurutnya korban kriminalisasi.
"Dari pertama selalu hadir. Jangankan Rizieq, Gus Nur, pokoknya semua ulama yang dikriminalisasi," katanya.
Susan mengaku gerah dengan kondisi peradilan di Indonesia.
Ia menilai hukum di Indonesia saat ini tak adil terhadap kelompok umat Islam.
Dalam kasus kerumunan Rizieq, misalnya, Susan menyebut ada banyak kasus kerumunan lain.
Namun, polisi atau aparat penegak hukum, tak pernah mengambil tindakan.
Ia mempertanyakan penegak hukum yang hanya menjerat Rizieq.
"Lihat aja di televisi, medsos, semua orang pada ngelanggar seperti itu kan. Istilahnya udah bukan rahasia umum lagi. Jadi kita namanya orang yang terzolimi, mau enggak mau ada rasa empati, simpati," kata dia.
PN Jaktim menggelar sidang perdana dalam tiga kasus pidana yang menjerat bekas pentolan Front Pembela Islam (FPI) tersebut.
Rizieq dijerat kasus kerumunanan Petamburan, Megamendung, dan pemalsuan swab dengan ancaman hukuman hingga enam tahun.
Meski Rizieq hanya hadir secara virtual, namun hal itu tak mengurangi antusiasme massa datang ke PN Jaktim.
Mereka beramai-ramai datang meski tak dibolehkan masuk dan hanya berada di depan gerbang, termasuk Susan.
Pantauan media, barisan emak-emak bertahan dan menolak permintaan aparat keamanan untuk pergi dengan alasan protokol kesehatan Covid-19.
Aksi mereka sempat diwarnai cekcok dengan kepolisian yang berjaga di lokasi.
Mereka menilai polisi tak adil dalam menegakkan protokol kesehatan. [Democrazy/cnn]