Jika mereka melakukan perlawanan terhadap polisi yang memakai seragam.
Abdullah Hehamahua juga mengungkapkan, seharusnya polisi memakai seragam lengkap jika diperintahkan membuntuti Habib Rizieq Shihab.
Namun nyatanya, lanjut Abdullah Hehamahua, polisi tidak menggunakan seragam, sehingga enam laskar FPI melakukan perlawanan.
"Petugas kepolisian tidak menggunakan uniform lengkap, jika itu terjadi tengah malam, ada mobil dempet, zig-zag dalam pikiran kita itu pasti penjahat mau merampok, membegal dan seterusnya. Itu naluriah logis, andai kata mereka (polisi) menggunakan uniform resmi, saya akan salahkan FPI kenapa melawan," ujarnya, Senin 15 Maret 2021.
Abdullah Hehamahua mengatakan telah menyusun buku putih bersama Tim TP3, yakni catatan berisi berbagai bukti temuan terkait penembakan enam laskar FPI yang terjadi di Tol Jakarta-Cikampek Km 50, 7 Desember 2020 lalu.
Menurut Abdullah Hehamahua, pihaknya telah memasukkan peristiwa dalam buku putih.
Catatan berisi berbagai bukti temuan terkait penembakan enam laskar FPI.
Kemudian akan disampaikan kepada Presiden Joko Widodo.
"Berapa kali HRS (Habib Rizieq Shihab) coba dibunuh. Ada datanya, belasan. Ya Anda tahulah siapa, di buku putih saya jelaskan," jelas Abdullah Hehamahua.
Meski demikian, Abdullah Hehamahua tak merinci lebih dalam siapa yang ia maksud.
Menurut Abdullah Hehamahua, percobaan pembunuhan tersebut berawal dari Pilkada DKI Jakarta 2017.
Ia mengklaim bahwa Habib Rizieq Shihab (HRS) ikut berperan soal tak terpilihnya Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
"Kalau mau lihat persoalannya itu bermula dari Pilkada DKI. Secara teoritis Ahok harus menang. Tapi kalah, kenapa kalah? Karena HRS dan 212 turun ke Masjid dan ke Mushola. Dan di situ persoalan bermula," ujar Abdullah Hehamahua. [Democrazy/sra]