Sedangkan Prabowo Subianto yang saat ini menjabat Menteri Pertahanan (Menhan) menempati posisi teratas di angka 20,4 persen.
Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil berada di posisi kedua dengan raihan elektabilitas sebesar 14,1 persen.
Sementara, di urutan tiga, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebesar 13,5 persen.
Survei yang digelar IndeEX Research pada 25 Februari-5 Maret 2021 lalu itu, melibatkan 1.200 responden mewakili seluruh provinsi di Indonesia.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak terhadap responden yang juga responden survei sebelumnya yang dilakukan sejak 2018. Adapun margin error ±2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Fenomena hasil survei terhadap elektabilitas Ridwan Kamil cukup menarik mengingat pada hasil survei bulan Mei dan November 2020 lalu, Ridwan Kamil hanya meraih elektabilitas berkisar di angka 7-8 persen.
Peneliti IndEX Research Hendri Kurniawan mengatakan, ada kenaikan elektabilitas Ridwan Kamil dari survei pada November lalu.
Menurutnya, kenaikan elektabilitas tersebut satunya dipengaruhi beberapa kebijakan Ridwan Kamil sebagai Gubernur Jabar.
"Pak Ridwan Kamil ini relatif stabil, tapi memang dia ada kenaikan dibandingkan dari survei kami pada November 2020 lalu. Kenaikannya lumayan signifikan. Ini dipengaruhi kebijakan di daerahnya, itu asumsi kami karena itu tidak masuk dalam instrumen pertanyaan kami," kata Hendri saat dikonfirmasi, Senin (15/3/2021).
Selain itu, kenaikan elektabilitas Ridwan Kamil turut dipicu aktivitas politiknya yang relatif tak berdinamika.
"Kalau Kang Emil gak ada satu hal yang bersifat menyerang dan mendelegitimasi dia," ujarnya.
Dijelaskannya, tingkat elektabilitas dan popularitas kandidat di pilpres 2024 dari kalangan kepala daerah punya fenomena yang hampir serupa.
Karena itu, penting bagi kepala daerah untuk tetap menjaga popularitas dan elektabilitasnya dengan prestasi dan kinerja.
"Kalau kepala daerah yang elektabilitasnya relatif stabil ini karena program yang sudah dilakukan, tapi ini masih lama waktunya. Memang dibutuhkan menjaga l, agar mereka punya ruang pemberitaan positif. Karena kalau negatif, popularitas tidak ekuivalen dengan elektabilitas. Ada kan yang dikenal, tapi tidak disukai dan dipilih, termasuk menjaga prestasi," tutur Hendri.
Salah satu fenomena menarik lainnya, kata Hendri, yakni kenaikan elektabilitas dari Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang merangsek naik ke posisi empat dengan raihan elektabilitas sebesar 7 persen.
Menurutnya, kasus kudeta Partai Demokrat membuat elektabilitas AHY naik.
"Contoh Kasus AHY kalau ada kasus tertentu popularitas dia ekuivalen dengan elektabilitas. Sebelum ada kasus kudeta dia relatif di bawah," pungkasnya. [Democrazy/okz]