Bung Karno menjelma menjadi sosok yang didudukkan pada status “orang cerdik-pandai”. Bahkan, sejumlah warga memperlakukannya laksana “dukun”.
"Ia tidak hanya dimintai nasihat spiritual, tetapi dimintai juga mengobati sejumlah warga yang terserang penyakit," kisah Roso Daras, penulis buku Bung Karno, Serpihan Sejarah yang Tercecer saat diwawancara.
Bung Karno kedatangan seorang gadis sambil menangis meraung-raung meminta tolong Bung Karno, dengan keluhan: Sudah tujuh bulan tidak bisa menstruasi!
“Apa yang dapat saya lakukan? Saya bukan dokter,” kelit Bung Karno.
“Bapak menolong semua orang. Bapak adalah juru selamat kami. Saya percaya kepada bapak, dan saya merasa sangat sakit. Tolonglah… tolonglah saya… tolooong….”
Bung Karno tidak bisa mengelak. Bung Karno juga tidak ingin seorang gadis mendatanginya dengan harapan sembuh, lantas harus pulang dengan kecewa.
Setelah berkonsentrasi sejenak… Bung Karno membacakan surah pertama Alquran ditambah doa-doa.
Esoknya, perempuan itu mens! Kabar itu pun lekas tersiar. Dan Bung Karno “sang dukun” makin terkenal.
Terdapat juga kisah seorang tukang perah susu yang tengah dililit kesulitan uang. Untuk suatu keperluan, dia sangat membutuhkan uang.
Celakanya, dia pun yakin, dengan mendatangi Bung Karno, persoalannya akan selesai. Apa yang terjadi?
Memang begitu adanya. Dia datang ke Bung Karno dan menyampaikan keluhannya, serta memohon penyelesaian.
Bung Karno lantas meminta si pemerah susu menunggu. Sedangkan ia masuk bilik, mengambil satu potong baju dan keluar rumah lewat pintu belakang.
Ia menggadaikan bajunya, demi mendapatkan uang tiga rupiah enam puluh sen. Jumlah yang dibutuhkan si pemerah susu.
Ternyata sejak kecil, Bung Karno juga telah memiliki kemampuan supranatural. Kisah itu terdapat di buku Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams. Roso Daras juga mencuplik kisah itu di bukunya.
Bung Karno saat berusia sekitar empat-lima tahun, neneknya (dari pihak ayah) mengambil dan membawanya ke Tulungagung, tak jauh dari tempat tinggal Bung Karno ketika itu di Mojokerto.
“Berikanlah anak itu kepadaku untuk sementara,” kata nenek kepada bapak.
“Aku akan menjaganya.”
Bung Karno kecil dibawa kakek-neneknya ke Tulungagung. Keluarga kakek-neneknya tidaklah terbilang kaya.
Saat-saat tinggal bersama kakek-neneknya itulah ia sering mendengar kata-kata “kekuatan-kekuatan gaib”.
Sesuatu yang jamak dibicarakan orang zaman dulu (bahkan sampai sekarang).
"Kakek dan neneknya meyakini betul bahwa Soekarno memiliki “kekuatan gaib” yang sekarang kita kenal sebagai kemampuan paranormal," ujar Roso.
Dalam disiplin ilmu parapsikologi, kekuatan gaib pada seorang anak, bukanlah hal aneh.
Umumnya, ada dua jenis kekuatan gaib yang melekat sejak si jabang bayi lahir.
Kekuatan pertama, dapat memberi daya penyembuhan. Kedua, dapat melihat segala sesuatu yang akan terjadi. Mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi.
Terhadap diri Soekarno, ia diyakini kakek-neneknya memiliki kekuatan gaib keduanya.
Artinya, ia punya kemampuan paranormal di bidang penyembuhan berbagai penyakit, sekaligus melekat kemampuan gaib bisa mengetahui segala hal yang akan terjadi dalam dimensi waktu yang akan datang.
Soekarno masih ingat, betapa kakek-neneknya sering mengisahkan kehebatan cucunya. Jamak kakek-nenek membangga-banggakan cucunya. Tapi akibatnya,
Soekarno-lah yang harus kerepotan dimintai tolong para tetangga, yang memerlukan kekuatan "gaib" miliknya. Tetangga sakit, Soekarno. Tetangga perlu teropong nasib, Soekarno. Jadilah Soekarno laiknya “dukun”.
Gaya pengobatan ala paranormal Soekarno cilik, umumnya dengan menjilat di area pasien yang sakit. Setelah dijilat Soekarno, aneh bin ajaib, tak lama kemudian sembuh.
Demikian pula dalam hal teropong. Ia nyeplos saja menjawab pertanyaan orang-orang yang ingin memanfaatkan kekuatan gaibnya.
"Aneh, lagi-lagi aneh, tak jarang ceplosan Soekarno benar-benar terjadi," tukas Roso.
Seperti yang dituturkan kepada Cindy Adams, kemampuan penglihatan gaib lambat laut menghilang, bersamaan datangnya kegaiban Bung Karno merangkai kata, menyihir massa melalui pidato-pidatonya yang membahana. [Democrazy/okz]