EKBIS

Target Ekonomi Tumbuh 5,5 Persen hanya Angin Surga dari Pemerintahan Jokowi

DEMOCRAZY.ID
Maret 12, 2024
0 Komentar
Beranda
EKBIS
Target Ekonomi Tumbuh 5,5 Persen hanya Angin Surga dari Pemerintahan Jokowi

Target-Ekonomi-Tumbuh-5-5-Persen-hanya-Angin-Surga-dari-Pemerintahan-Jokowi
DEMOCRAZY.ID - Ekonom Senior Rizal Ramli menegaskan bahwa target ekonomi pulih hingga tumbuh di angka 5,5 persen hanya angin surga semata dari Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin di 2021 ini.

Ekonom senior Rizal Ramli mengurai kesalahan penanganan ekonomi di masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo saat ini.


Mengawali catatan kesalahan Jokowi yang disampaikan di kanal youtube UI Watch, Rizal Ramli menegaskan bahwa target ekonomi pulih hingga tumbuh angka 5,5 persen hanya angin surga semata.


Alasannya, sebelum masa pandemi virus corona baru (Covid-19) hanya 5.1 persen.


“Itu cuma angin sorga. Tahun ini tidak mungkin ekonomi Indonesia pulih sampai 5,5 persen. Kok bisa covid masih naik masih meningkat udah janjiin angin sorga 5,5 persen,” kata Rizal Ramli, dilansir dari UI Watch.


Rizal Ramli mengatakan bahwa krisis saat ini jauh lebih berat jika dibandingkan saat tahun 1998.


Kala itu, masyarakat di luar Pulau Jawa justru senang saat krisis karena saat rupiah anjlok menjadi Rp 15 ribu, para petani kopra, sawit dan cokelat langsung mendapatkan berkah.


Saat ini kondisinya berbeda, Rizal Ramli menjelaskan bahwa tidak ada lagi ekses kapasitas dibidang komoditi luar Jawa.


“Sehingga, ya kan kondisinya akan jauh lebih parah daripada tahun 98. Rupiah anjlok dari Rp 2.500 per dolar menjadi Rp 15 ribu. Jadi petani kopra, petani sawit, petani cokelat tiba-tiba jadi sangat kaya raya di luar Jawa,” demikian analisa mantan Kepala Bulog itu.


Kesalahan berikut, di era Jokowi utang negara membengkak luar biasa. Rizal Ramli mencatat, selama 6 tahun pemerintahan Jokowi setiap tahunnya tanggungan utang selalu bertambah.


Imbasnya, untuk membayar bunga utang saja menyentuh di angka Rp 345 triliun.


“Selama 6 tahun itu, terjadi apa yang disebut sebagai primary balancenya negatif. Artinya neraca primer negatif.untuk bayar bunga misal tahun ini Rp 345 T bunganya doang itu harus minjam lagi ,” urai Rizal Ramli.


Rizal Ramli menjelaskan bahwa untuk membayar utang pemerintah harus menyedot uang. Teknisnya, dengan menerbitkan surat Utang negara (SUN).


“SUN ini bunganya 2 persen lebih tinggi dari deposito dan dijamin 100 persen. Jadi di Bank yang dijamin hanya Rp 2 miliar per nasabah. Kalau di SUN berapa triliun aja dijamin,” demikian analisa RR.


Akibat dari penerbitan SUN, jelas Rizal Ramli uang di masyarakat yang ada di Lembaga Keuangan seperti BANK dari orang kaya disedot ke SUN.


“Itulah yang menjadikan kenapa bulan September dan Oktober tahun lalu pertambahan kredit itu negatif 1 persen ya,” jelasnya.


“Ini belum pernah terjadi sejak tahun 98. Bahasa sederhananya, uang yang beredar aja disedot, kok ngarepin ekonomi pulih,” tambah Rizal Ramli.


Kesalahan keempat, Rizal Ramli menjelaskan bahwa selama pandemi Covid-19, tidak ada prioritas dalam kebijakan Jokowi.


Padahal harusnya, saat muncul pandemi-19, pemerintah menggelontorkan Rp 400 triliun untuk pencegahan, vaksin dan lainnya.


Sejak awal Rizal Ramli juga telah menyarankan, ada alokasi anggaran Rp 400 triliun untuk memberi makan seluruh rakyat Indonesia.


Dia juga mengusulkan pemerintah, mengalokasikan dana Rp 200 triliun untuk meningkatkan produksi pangan.


“Tidak ada fokus, tidak kreativitas, jangan mimpi ekonomi bisa pulih dengan kepemimpinan seperti ini. Tetap aja ada proyek bangun ini, proyek bangun itu,” jelasnya.


Rizal Ramli kemudian menyebutkan kesalahan terakhir dari Jokowi adalah tidak membaca peluang krisis sebagai ruang untuk membangun negara.


Dalam situasi krisis, Rizal Ramli meyakini kepemimpinan seseorang diuji.


Dia mencontohkan beberapa pemimpin negara seperti Franklin Roosevelt dan Mahathir Muhammad.


“Ujian kepemimpinan justru pada waktu krisis, kelihatan siapa yang hebat siapa yang bagus, siapa yang memble. Pemimpin yang bisa membalikkan situasi krisis jadi opoturnity,” jelas Rizal Ramli. [Democrazy/psid]

Penulis blog