POLITIK

Rizal Ramli Menilai Janji Sri Mulyani Hanya Angin Sorga

DEMOCRAZY.ID
Januari 16, 2021
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Rizal Ramli Menilai Janji Sri Mulyani Hanya Angin Sorga

Rizal-Ramli-Menilai-Janji-Sri-Mulyani-Hanya-Angin-Sorga
DEMOCRAZY.ID - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meyakini ekonomi Indonesia akan tumbuh 4,5-5,5 persen di tahun 2021 ini.

Namun, perkiraan Sri Mulyani itu ditepis oleh ekonom senior sekaligus Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Indonesia di era Gus Dur.


Rizal Ramli menilai apa yang disampaikan Sri Mulyani hanya angin sorga. 


Dirinya malah memperkirakan Indonesia akan mengalami krisis sebagaimana terjadi sebelumnya karena Covid-19 belum usai.


“Pemerintah menjanjikan angin surga, tetapi gak akan kembali ke 5,5 persen. Mohon maaf janji surga itu tidak ada basisnya,” katanya di kanal YouTube Bravos Radio Indonesia berjudul “INGAT!!! SOEKARNO, SOEHARTO JATUH KARENA EKONOMI”, dipantau Sabtu (16/1).


Rizal Ramli bukan tanpa alasan. Dirinya melihat selama ini pertumbuhan ekonomi semasa pemerintahan Jokowi hanya berkisar pada angka 5 persen. 


Angka tersebut juga dicapai sebelum pandemi Covid-19 melanda.


“Sebelum Covid-19 saja tumbuhnya hanya 5,1 persen. Ini Covid masih banyak kok bisa tumbuh 5,5 persen,” katanya.


Rizal Ramli malah memprediksi ekonomi Indonesia akan mengalami krisis lebih serius daripada tahun sebelumnya.


Sebelumnya, kepercayaan Sri Mulyani timbul dari prediksi lembaga ekonomi dunia (IMF). 


Ia mengungkapkan, pada tahun 2021 IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan pulih mencapai bahkan 6,1 persen. 


Sedangkan, Bank Dunia memproyeksikan 4,8 persen dan ADB Asian Development Bank adalah 5,3 persen.


“Pemerintah berkeyakinan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,5 persen hingga 5,5 persen adalah cukup realistis hingga akhir tahun,” ujar Sri Mulyani dalam Sidang Paripurna di Kompleks Parlemen DPR, Jakarta, Selasa (1/9).


Ia menambahkan, pertumbuhan ekonomi pada 2021 akan didorong dari empat faktor. 


Pertama, keberhasilan penanganan pandemi Covid-19 termasuk upaya riset aktif. 


Kedua, kondisi pemulihan kinerja perekonomian global yang dipengaruhi oleh penanganan pandemi Covid-19 dan faktor politik pascapemilu Amerika Serikat dan dinamika hubungan Amerika dan China, serta harga komoditas.


Kemudian reformasi struktural untuk meningkatkan kepercayaan investasi dan kemudahan berusaha untuk menarik investasi.


“Keempat dukungan kebijakan fiskal yang mengarah kepada countercyclical termasuk melalui lanjutan program pemulihan ekonomi nasional,” katanya. [Democrazy/idns]

Penulis blog