Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo mengatakan, secara akademis sebetulnya pemberian dua kali suntikan vaksin bagi SP akan lebih bagus karena kekebalan akan makin baik.
"Hanya saja, baru tadi malam kami video conference dengan Kemenkes dan Dinas Kesehatan, untuk Pak Bupati itu [imunisasi] keduanya tidak ikut rombongan yang dua pekan setelah suntikan pertama," kata dia, Senin (25/1/2021).
Joko menjelaskan lebih jauh, pandangan itu muncul karena aturan yang ada di Kemenkes terkait pemberian vaksin.
"Apabila sudah terkena infeksi virus, maka tidak diberikan. Makanya yang pertama dulu [imunisasi pertama] belum [terinfeksi COVID-19], tapi karena yang kedua sudah ada bukti positif, maka yang kedua tidak diberikan karena adanya pedoman tadi," ungkapnya.
Ia memaparkan, bila seandainyapun Sri Purnomo terkena virus sebelum 14 Januari 2021 dan belum terdeteksi, maka tidak masalah kala itu ia menjalani vaksinasi, sehingga bisa dijelaskan bahwa COVID-19 yang diderita SP bukan merupakan kontra-indikasi mutlak pemberian vaksinasi.
"Kalau saran pakar, jujur saya sampaikan, Pak Bupati tetap diberikan yang kedua untuk kepentingan memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa vaksin pertama tidak ada hubungannya dengan COVID-19 pada Pak Bupati," urai Joko.
Hanya saja diketahui, ada ketentuan Kemenkes sekaligus saran yang diterima Joko pada Minggu (24/1/2021) malam.
Maka, SP tetap dapat imunisasi kedua, tetapi jadwalnya tidak berbarengan dengan penerima yang sudah terdata sebelumnya.
Sebelumnya diberitakan, Bupati Sleman Sri Purnomo menyatakan secara terbuka bahwa dirinya positif COVID-19.
"Sebelumnya, Rabu 20 Januari 2021 saya menjalani tes swab antigen yang mana hasilnya dinyatakan positif, kemudian dilanjutkan dengan tes swab PCR, di mana hasil yang saya terima pagi ini dinyatakan positif," ujarnya, Kamis (21/1/2021).
Sri Purnomo melanjutkan, pada Kamis siang pukul 13.00 WIB, ia ke rumah sakit untuk melakukan rontgen thorax dan juga CT Scan thorax.
"Alhamdulillah hasilnya bagus dan paru-paru saya bersih," lanjut dia.
Strategi Vaksin di Sleman
Joko Hastaryo menambahkan, dari jatah 12.380 vaksin yang sudah diterima Sleman untuk nakes, baru ada 4.300 vaksin yang tersuntikkan, dengan kata lain sepertiga lebih sedikit.
Menurut dia, jumlah itu berkurang karena adanya perubahan strategi vaksinasi.
"Kalau kemarin kan semua nakes itu bisa mendapatkan vaksinasi di mana pun, tergantung dari SMS-nya. Sekarang diubah, yang di RSUP Dr Sardjito jumlah karyawan 3.000-an ya di Sardjito semua. Kemudian, [nakes] RSUD Sleman ya RSUD Sleman semua," tuturnya.
Selanjutnya, nanti akan dilakukan redistribusi vaksin. Misalnya, ada Puskesmas yang mendapatkan jatah 240 vaksin, padahal jumlah karyawan hanya 40 orang.
"Sisa vaksin akan diambil dan diredistribusi ke RSUP Dr Sardjito," ucap Joko, memberi permisalan.
Semua yang sudah mendapatkan vaksinasi tetap dipantau, di dalamnya ada nomor KTP dan nomor HP.
Adanya data nomor HP bertujuan untuk memonitor. Sejauh ini dari hasil pantauan, ada yang menyampaikan keluhan terkait imunisasi atau vaksinasi.
Namun, jumlah laporannya masih di bawah 100.
"Kalau toh ada, paling ya pegal-pegal satu tangan, itu tetap kita pantau, itu termasuk kejadian ikutan paska imunisasi (KIPI). Termasuk yang ringan, kemudian gatal-gatal, bengkak, yang ada paling itu. Itu pun tidak banyak, rerata di hari pertama ada yang punya keluhan, tapi hari berikutnya sudah hilang," ujarnya.
Komda KIPI terus memantau tahapan imunisasi ini lewat Dinkes.
Demikian juga Dinkes Sleman, harus melapor setiap harinya. [Democrazy/sra]