Mulai dari menyikapi perbedaan mazhab, akhlak mulia, tentang tahfidz Alquran, tausiyah bersama hingga masalah penembakan anggota FPI.
Hal tersebut disampaikan UAS dalam acara Mengenang Syekh Ali Jaber-Rahimahullah yang digelar secara daring dan disiarkan secara live streming di kanal YouTube Syekh Ali Jaber, Jumat (15/1/2021).
Menurutnya, sebagaimana diketahui bersama latarbelakang kehidupan dan pendidikan Syek Ali Jaber di Madinah, yang notabene umat Islam disana mayoritas penganut Mazhab Imam Hambali.
Tapi Syekh Ali Jaber bisa menempatkan posisinya saat berada di Indonesia yang mayoritas Mazhab Imam Syafi'i.
"Kita tahu bahwa latar belakang pendidikan beliau, di madinah, itu cenderung Mazhabnya Imam Hambali, tapi saat ke Indonesia, beliau banyak menjawab pertanyaan fatwa-fatwa sesuai dengan Mazhab Syafi'i yang mayoritas di anut umat Islam di Indonesia," ungkap UAS.
Kemudian, lanjut UAS, kalau solat dengan Syekh Ali Jaber beliau pembaca Bismillahnya saat di Indonesia di jahar (bersuara keras).
"Artinya beliau menempatkan diri sebagai seorang dai semua mazhab, semua golongan. Beliau juga rajin showan atau silaturahmi ke organisasi-organisasi besar, seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah dan yang lain sebagainya," katanya.
Tak hanya itu, yang kedua, Syekh Ali Jaber menurut UAS selain sebagai seorang yang alim atau orang berilmu dengan hafalan Alquran yang luar biasa dan juga faqih.
"Tapi lebih kita kenang akhlaknya, beliau sangat berakhlak, kita tertawan dengan akhlaknya, jadi beliau banyak sekali khasanah, warisan, tidak dalam bentuk tertulis, tapi dirasakan oleh para da'i yang berteman dengan beliau," ungkapnya.
Kemudian kenangan yang ketiga adalah setiap bertemu, Syekh Ali Jaber terbiasa selalu mendoakan, supaya anak-anak menjadi para penghafal Alquran.
"Doa itu kita ingat yang terkadang sering kita lupa, kalau ketemu dengan orang ngobrol, setelah itu berlalu dan selesai. Tapi beliau, selalu mendoakan, supaya umat ini menjadi baik, supaya dai-dai nya sehat walafiat, doa secara khusus," katanya.
Maka dari itu, kata UAS, saat mendengar kabar Syekh Ali Jaber meninggal dunia, tentu sangat mengejutkan.
"Jadi kepergian beliau sangat mengejutkan, tersentak, dan sebab banyak ingatan-ingatan yang baik itu, sepert hari ini kalau kita buka medsos dan di televisi semuanya (membahas kebaikan beliau), sesuai dengan yang disampaikan Nabi Muhammad SAW, kalau ada orang meninggal sebutlah yang baik-baik," tutur UAS.
Dalam kesempatan itu, UAS juga menyampaikan tentang pertemuan dan pembahasan terakhir dengan Syekh Ali Jaber yang sempat satu mobil saat hendak membuat rekaman acara tausiyah malam tahun baru.
"Jadi saya dengan almarhum, Syekh Ali jaber masing-masing dari kita memberikan tausiyah 10 menit , untuk menyadarkan umat tentang nikmat waktu-waktu yang telah dilewati. jadi kami menyampaikan tausiyah setelah itu solat maghrib berjamaah," katanya.
Lebih lanjut, yang membuatnya berkesan adalah beliau dengan keilmuan dan akhlaknya saat hendak akan solat, beliau memintanya untuk menjadi imam.
"Kata beliau min ahlil ilmi, lalu dengan tersenyum saya katakan min ahlil quran, beliau maju kedepan, setelah itu kami makan bersama lalu, setelah itu memang singkat, padat, majelis ilmu, majelis solat berjamah, majelis makan, majelis silaturahim," katanya.
Bahkan setelah itu, lanjut UAS, almarhum juga sempat bertandang ke kediamannya di Pekanbaru, Riau.
"Jadi sebelum itu beliau datang ke Pekanbaru, mampir ke rumah saya, pagi-pagi sarapan pagi, ngobrol panjang lebar, jadi banyak kenangan terakhir, semua peristiwa yang kita lalui bersama Syekh Ali Jaber, almarhum rahimahullah mengingatkan kita supaya kita terus bisa mengamalkan ilmunya dan bisa terus mengenang beliau," katanya.
Dalam kesempatan itu juga, UAS masih teringat dengan kondisi kesehatan Syekh Ali Jaber yang cukup memprihatinkan, tapi sempat membicarakan tentang masalah takziah atau mendoakan bagi 6 anggota FPI yang tewas tertembak di KM 50 tol Jakarta-Cikampek.
"Beliau tidak seperti biasa, mungkin juga karena faktor kesehatan, jadi menurut saya lebih banyak bercerita dengan ustadz, diam, tersenyum, setelah menyampaikan tausiyah, salam, doa, tanya kabar segala macam, beliau lebih banyak diam,"
"Beliau cerita tentang beberapa orang menelpon beliau komplain mengapa, saya mendoakan 6 orang syuhada, kemudian Syekh Ali menjelaskan sebagai seorang muslim takziah atau mendoakan sesama muslim. yang tertembak maka mereka mendoakan sesama muslim, tapi orang-orang yang ditelepon itu mengatakan, respon syekh ali itu mereka tidak setuju," ujarnya.
Tapi karena tak mau berlarut-larut, cerita tentang itu, UAS akhirnya mengalihkan pembicaraan.
"Saya alihkan ke cerita lain, Syekh Ali yang saat itu mungkin posisinya sedang sakit, jadi masih sempat menceritakan itu ke saya, menunjukan beliau merasa, kenapa menganggap dia salah mengucap takziah di depan para syuhada ini," pungkasnya. [Democrazy/okz]