Keyakinan Sri Mulyani itu ditanggapi oleh Ekonom Senior sekaligus Eks Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia, Rizal Ramli yang tampak tidak setuju akan hal itu.
Rizal Ramli memperkirakan Indonesia akan mengalami krisis sebagaimana terjadi sebelumnya karena Covid-19 belum kunjung usai.
Komentar Rizal Ramli terhadap perekonomian Indonesia itu diutarakan dalam sebuah video berjudul "INGAT!!! SOEKARNO, SOEHARTO JATUH KARENA EKONOMI", yang diunggah saluran YouTube Bravos Radio Indonesia, Jumat (15/1/2021).
"Pemerintah menjanjikan angin surga, tetapi gak akan kembali ke 5,5 persen. Mohon maaf janji surga itu tidak ada basisnya," ujar Rizal Ramli.
Bukan tanpa dasar, Rizal Ramli mengurai pernyataannya itu karena dia melihat pertumbuhan ekonomi semasa pemerintahan Jokowi hanya berkisar pada angka 5 persen.
Angka tersebut pun bisa dicapai sebelum pandemi Covid-19 melanda.
Oleh sebab itu, Rizal Ramli heran dengan Sri Mulyani yang mengatakan ekonomi akan tumbuh sampai 5,5 persen.
"Sebelum Covid-19 saja tumbuhnya hanya 5,1 persen. Ini Covid masih banyak kok bisa tumbuh 5,5 persen," tandas Rizal Ramli keras.
Dalam video itu, Rizal Ramli pun memprediksi ekonomi Indonesia akan mengalami krisis lebih serius daripada tahun sebelumnya.
Dikabarkan sebelumnya, kepercayaan Sri Mulyani timbul dari prediksi lembaga ekonomi dunia.
Ia mengungkapkan, pada tahun 2021 IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan pulih mencapai bahkan 6,1 persen.
Sedangkan, Bank Dunia memproyeksikan 4,8 persen dan ADB Asian Development Bank adalah 5,3 persen.
"Pemerintah berkeyakinan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,5 persen hingga 5,5 persen adalah cukup realistis," ujar Sri Mulyani dalam Sidang Paripurna di Kompleks Parlemen DPR, Jakarta, Selasa (1/9/2020).
Selain itu, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menuturkan, pertumbuhan ekonomi pada 2021 akan didorong dari empat faktor.
Pertama, keberhasilan penanganan pandemi Covid-19 termasuk upaya riset aktif.
Kedua, pertumbuhan ekonomi juga didorong kondisi pemulihan kinerja perekonomian global yang dipengaruhi oleh penanganan pandemi Covid-19 dan faktor politik pasca pemilu dilakukan Amerika Serikat dan dinamika hubungan Amerika dan China serta harga komoditas.
"Ketiga upaya reformasi struktural untuk meningkatkan kepercayaan investasi dan kemudahan usaha di dalam rangka untuk menarik investasi,"
"Keempat dukungan kebijakan fiskal yang mengarah kepada yang mengarah kepada countercyclical termasuk melalui lanjutan program pemulihan ekonomi nasional," ucap dia.
Tak hanya itu, kata Sri Mulyani, dari sisi komponen sumber pertumbuhan 2021, pemerintah akan memulihkan permintaan domestik khususnya investasi dan konsumsi.
Dalam hal ini, tak lupa Sri Mulyani juga akan menstabilkan tingkat inflasi yang akan mampu mengembalikan kepercayaan masyarakat untuk kembali melakukan aktivitas belanja konsumsinya. [Democrazy/sracom]