Nama pakar virus Huang Yanling paling banyak disebutkan di China selama laporan mengkhawatirkan pertama tentang pandemi mematikan pada Februari tahun lalu.
Klaim tersebut menciptakan hubungan antara pandemi dan Institut Virologi Wuhan - yang menampung penyakit kelelawar zoonosis - dan memicu kekhawatiran virus itu secara tidak sengaja bocor selama percobaan.
Dikutip The Sun, keengganan China untuk mencari Huang telah memicu teori jika dia sudah mati atau ditahan oleh negara untuk menutupi peran institut dalam pandemi tersebut.
Departemen Luar Negeri AS percaya dia adalah orang pertama dari beberapa ahli yang bekerja di lembaga kontroversial yang jatuh sakit pada musim gugur 2019.
Pejabat negara di Beijing dengan cepat membatalkan laporan pada saat itu dan bersikeras jika Huang aman dan sehat.
Di tengah spekulasi tentang keberadaannya, atasannya menyangkal dia telah dirugikan dan mengklaim dia telah menyelesaikan studinya di bagian lain China.
Sebuah postingan yang diklaim berasal dari ilmuwan tersebut kemudian muncul di layanan pesan WeChat yang memberi tahu rekan-rekannya jika dia masih hidup dan menegaskan laporan itu salah.
“Kepada guru dan sesama siswa, berapa lama saya tidak berbicara. Saya Huang Yanling, masih hidup. Jika Anda menerima email apa pun terkait rumor Covid, tolong katakan itu tidak benar,” terangnya.
Sejak saat itu Huang tampaknya menghilang dari media sosial (medsos).
Namanya juga ikut menghilang dari situs web institut tersebut.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan Partai Komunis China telah mencegah para penyelidik mewawancarai peneliti di Wuhan.
Termasuk mereka yang sakit pada musim gugur 2019.
“Beijing hari ini terus menahan informasi penting yang dibutuhkan para ilmuwan untuk melindungi dunia dari virus mematikan ini dan virus berikutnya,” terang Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menambahkan pada Sabtu (16/1).
Pompeo mengungkapkan studi baru dari klaim intelijen AS bahwa para ilmuwan di Institut Virologi Wuhan jatuh sakit pada musim gugur 2019 - lebih awal dari yang diyakini sebelumnya - dengan gejala yang konsisten dengan Covid.
“Ini menimbulkan pertanyaan tentang kredibilitas klaim publik peneliti senior WIV, Shi Zhengli bahwa tidak ada infeksi di antara staf WIV dan mahasiswa virus SARS-CoV-2 atau terkait SARS,” kata Pompeo.
Dia berbicara setelah seorang pejabat pemerintah AS mengatakan teori paling kredibel seputar asal usul virus corona adalah yang lolos dari laboratorium di Wuhan.
Namun China selalu menegaskan pihaknya tidak pernah menutupi penyelidikan yang terkait dengan virus corona. [Democrazy/okz]