Alumnus Universitas Indonesia ini menyatakan bahwa bahwa dukungan yang diberikan oleh Presiden Jokowi dan berbagai organisasi masyarakat tidak lantas membuat Komjen Pol. Listyo Sigit Prabowo tanpa perlawanan berarti.
Menurutnya, ada tiga ciri khusus yang bisa diidentifikasi kelompok yang akan mengganggu kinerja dan keamanan beberapa waktu ke depan.
"Ciri kelompok penolak itu ada tiga, terlihat dari karakter tokoh maupun aksi mereka," kata Ridlwan seperti dikutip dari Antara, Sabtu 13 Januari 2021.
Menurut analisanya, kelompok ini tidak suka karena Listyo Sigit menolak untuk bernegosiasi dan ia menduga kelompok ini yang menjadi provokator agar terjadi demo di beberapa wilayah.
"Ada yang khawatir kalau Pak Sigit jadi Kapolri karena selama ini track record-nya lurus dan tanpa kompromi.
"Kelompok pertama ini diduga menggerakkan demonstran bayaran untuk memengaruhi opini masyarakat," ungkap Ridlwan.
Berikutnya, kelompok yang tidak menghendaki Sigit Listyo adalah kelompok yang gemar memainkan isu identitas atau SARA.
"Padahal, walaupun agama Pak Sigit Kristen, beliau sangat dekat dengan tokoh-tokoh Islam maupun agama lainnya," kata Ridlwan.
Ridlwan mensinyalir bahwa kelompok-kelompok ini aktif dan bergerilya lewat akun-akun yang menggunakan identitas samaran (anonim) di media seosial seperti facebook dan twitter.
"Akan tetapi, tetap bisa dilacak oleh CCIC Mabes Polri," katanya lagi.
Dan kelompok terakhir ini, menurutnya adalah kelompok yang menghalalkan darah polisi untuk dibunuh atau kelompok berideologi terorisme.
"Kelompok ketiga ini terdiri atas JI, JAD, dan faksi-faksi pro-ISIS, seperti MIT. Mereka menghalalkan darah polisi karena dianggap thaghut," imbuh Ridlwan.
Dibanding dengan dua kelompok yang disebutkan di awal, Ridlwan beranggapan bahwa kelompok terakhir ini yang lebih berbahaya karena keberadaannya menyebar dan tidak segan-segan menggunakan kekerasan ke kantor polisi atau petugas yang berada di lapangan.
"Polri harus waspada," pungkas Ridlwan. [Democrazy/jrps]