Penjelasan tersebut disampaikannya dalam acara dialog 100 Ulama dan tokoh nasional yang diadakan pada 2 Desember 2020 silam.
Habib Rizieq memberikan koreksian terhadap 'miskonsepsi' beberapa pihak terhadap revolusi akhlak.
Berdasarkan penuturannya, revolusi akhlak bukanlah sebuah aksi makar terhadap pemerintahan yang sah, apalagi aksi yang berdarah-darah.
Beliau menegaskan bahwa revolusi akhlak merupakan kesempatan untuk semua pihak untuk duduk bersama, berdialog, melakukan rekonsiliasi dan saling memberikan kritik.
Dalam pernyataan itu, dirinya juga mengajak semua pihak untuk segera melakukan perubahan.
Menurutnya, penundaan hal tersebut bisa membahayakan kesatuan dan persatuan negara Republik Indonesia.
"Kenapa harus cepat? Karena kalau ditunda-tunda, ini membahayakan persatuan kesatuan Negara Republik Indonesia. Mana-mana yang harus diperbaiki, segera diperbaiki. Nah, itu namanya revolusi," tegas Habib Rizieq.
Habib Rizieq Shihab kemudian mengajak semua pihak untuk berhenti menimbulkan kegaduhan.
"Apalagi dia ditambah kata akhlaq, Revolusi Akhlak. Ya berarti revolusinya itu harus berakhlak," ujarnya, seperti dikutip mantrasukabumi.com dari akun Twitter @fronttvnews pada Senin, 7 Desember 2020.
"Nah, karena itu saya minta kepada semua pihak, ayo, stop kegaduhan ini. Mau sampai kapan kita terus bergaduh?," kata Habib Rizieq Shihab.
Sementara itu, cendekiawan muslim sekaligus ahli ilmu Al-Qur'an Quraish Shihab menjabarkan arti dari Revolusi Akhlak yang sedikit berbeda dari pernyataan Habib Rizieq.
Menurutnya, revolusi merupakan ucapan yang dibarengi dengan tindakan nyata.
"Satu kata bisa menjadi omong kosong kalau tidak kita bergerak sesuai dengan isi kata itu," kata Quraish Shihab.
"Anda mengulang-ngulang seakan ke Surabaya besok, tanpa bergerak maka tidak akan terjadi," lanjutnya.
Ia kemudian bercerita tentang seorang yang ingin merubah dunia, tetapi di akhir hayatnya, orang tersebut sadar bahwa ia harus mengubah dirinya sendiri.
"Yang kedua yang ingin saya katakan, ada seorang pernah bercita-cita mengubah dunia tapi dia gagal, maka dia turunkan targetnya mau mengubah bangsanya menjadi lebih positif, dia gagal juga,"
Ia lantas menurunkan targetnya, namun selalu gagal, sampai akhirnya dirinya menyadari semua itu harus diubah dari dirinya sendiri.
"Dia turunkan lagi, sukunya, gagal juga, dia turunkan lagi pada akhir usianya ingin merubah keluarganya, ketia dia sampai di pembaringan maut dia berucap, seandainya dulu saya memulai dengan mengubah diri saya, boleh jadi setelah setelah berubah saya bisa mengubah keluarga" jelasnya, seperti dilihat mantrasukabumi.com dari video di akun @Abe_Mukti pada hari Senin, 7 Desember 2020.
"Karena itu, kalau ada kata penutup yang ingin saya ucapkan mari kita mulai dari diri kita masing-masing. Mari kita mulai mengubah keluarga kita, gak usah muluk-muluk," ajak Quraish Shihab.
Quraish Shihab kemudian mengajak untuk menyebarkan kedamaian, baik yang bersifat aktif maupun pasif.
"Mari kita menyebarkan kedamaian, kalau bukan kedamaian aktif, kedamaian pasiflah begitu," tambahnya.
"Apa yang saya maksud dengan kedamaian pasif, kalau Anda tidak bisa memberi jangan halangi orang lain memberi, kalau Anda tidak bisa memuji, jangan mencela, kalau anda tidak bisa membantu jangan jerumuskan orang, itu dulu deh, kita sepakati orang demi orang," pungkasnya. [Democrazy/pkry]