Akan tetapi, ia menyebut bahwa barang bukti dua senjata api dan empat bilah senjata tajam yang dibeberkan polisi adalah bukti palsu.
Pernyataan itu disampaikan Munarman dalam wawancara via telepon yang ditayangkan Kompas TV, Senin (7/12/2020) malam.
“Itu bukti-bukti palsu semua. Tidak bisa sepihak. Tidak benar ada tembak-menembak,” kata Munarman.
Munarman lantas menyinggung rekaman suara yang sebelumnya diputarkan.
Dalam rekaman itu, kata Munarman, jelas bahwa pengawal HRS menyatakan kalau mereka (polisi) ingin memotong atau menyalip, berarti ada upaya penguntit untuk menyalip.
Sang presenter lantas menyela dan menanyakan dengan mengutip rekaman tersebut, itu berarti FPI mengakui adanya rekaman suara dimaksud.
“Ya betul itu rekaman suara (laskar FPI),” jawab Munarman.
Menurutnya, itu membuktikan rombongan pengacau itu yang akan menyalip dan memporak-porandakan serta melakukan inisiatif untuk menyalip rombongan Habib Rizieq dan pengawalnya.
“Kalau orang waras dan normal pikirannya, itu terbantahkan sendiri. Tidak ada serangan. Itu disuruh nongkrong di warung kopi kok serangan,” tuturnya.
Munarman bersikeras bahwa rekaman suara itu justru tidak membuktikan adanya niatan penyerangan dari laskar FPI sebagaimana disebutkan polisi.
Munarman juga membantah bahwa pihaknya sengaja memancing dan memepet petugas kepolisian.
“Dipancing yang mana? Justru yang memepet itu mereka (polisi). Mana ada pancingan memepet. Tidak ada di voice note tadi, tidak ada,” tegasnya.
“Iya kan ngopi. Tidak ada ‘pepet dia, pepet dia’,” sambungnya.
Sebelumnya, polisi mengaku sudah mengantongi bukti kuat laskar Front Pembela Islam (FPI) sudah merencanakan untuk menyerang aparat kepolisian.
Itu sebagaimana rekaman suara pengawal Habib Rizieq Shihab (HRS) melalui voice note yang didapat polisi.
Dalam rekaman itu, jelas terdengar bahwa ada perintah untuk menabrak mobil anggota polisi.
Demikian diungkap Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Senin (7/12/2020).
“Faktanya sudah kita (polisi) sampaikan, dan juga ada bukti tentang voice note,” ungkapnya.
Dari rekaman voice note itu pula, telah direncanakan untuk memancing petugas kemudian dipepet.
“Semua terdatakan atau ternyatakan dengan jelas di dalam voice note itu,” sambungnya.
Tubagus juga menyebut, dalam voice note itu, para pengikut HRS telah mengetahui keberadaan polisi.
“Dan kemudian tetap dilakukan upaya penyerangan oleh pihak mereka,” ujarnya.
Tubagus bahkan menegaskan bahwa voice note itu sangat jelas sekali.
“Itu nyata dan tidak dikarang dan terdengar di dalam voice note itu. Itu fakta-faktanya,” tegasnya.
Karena itu, pihaknya pun mempertanyakan alasan laskar FPI menyerang aparat kepolisian.
Padahal, FPI beralasan bahwa rombongan iring-iringan mobil itu hendak pergi ke pengajian.
“Kalau memang dia ingin mengadakan pengajian kenapa juga harus menyerang mobil Polri yang ada di belakangnya,” kata dia.
“Kalau mau pergi pengajian, pergi saja pengajian dan kita juga tidak melakukan apapun,” tekan Tubagus.
Namun faktanya kemudian adalah, laskar FPI menyerang polisi.
“Sudah tahu itu adalah mobil Polri dan tidak juga melakukan apapun, tetapi dilakukan penyerangan,”
“Itu faktanya dan didapatkan senjata tajam dan senjata api,” pungkas Tubagus. [Democrazy/psid]