Banyak di antaranya merasa terkejut dan tak mengira masa mampu mengular dari Bandara Soekarno Hatta hingga ke kediamannya di kawasan Petamburan.
Berikut ini analisa sekaligus jawaban dari pengamat sosial politik Islam, Prof DR Abdul Hadi WM. Dia adalah guru besar filsafat kebudayaan Islam di Universitas Paramadina.
Abdul Hadi adalah pelopor sastra sufi Indonesia, menyelesaikan studi mengenai kajian tasauf dan pernah mengajar di beberapa negara.
Berikut ini tulisannya. Menurut dia tulisan ini sempat diunggag di Facebook namanun langsung hilang karena ada kalimat Habib Rizieq Shihab yang memang dilarang dimuat di media sosial ini. Berikut ini tulisan singkatnya:
Mengapa Habib Rizieq Shihab Disambut Meriah?
Umat Islam di Indonesia merindukan pemimpin politik yang dekat dengan hati dan mencintai umat serta agamanya sepenuh hati.
Selama ini yang tampil pada umumnya pemimpin yang kurang bahagia dengan Islam dan perkembangan agama Islam. Kerinduan itu terpenuhi dengan munculnya tokoh seperti Habib Rizieq tersebut.
Tak heran apabila kepulangannya ke tanah air mendapat sambutan luar biasa meriah layaknya kepulangan Ayatullah Khomeini dari pembuangannya di Paris ke Iran pada Februari 1979.
Tentu Habib Rizieq Shihab bukan Khomeini dan tak dapat dijajarkan dengan Khomeini.
Namun melihat kenyataan bahwa penyambutnya bukan saja dari kalangan menengah ke bawah, tetapi dari kalangan terpelajar dan menengah ke atas, menunjukkan bahwa ada sesuatu yang tidak remeh di belakangnya.
Sesuatu yang tak bisa disepelekan. Jika dianggap sepele bisa jadi akan timbul hal-hal yang tidak diinginkan..
Massa penyambut Habib Rizieq Shihab seakan menyampaikan pesan "Janganlah munculnya kepemimpinan politik dalam Islam dihalang-halangi seperti sebelum ini. Janganlah ada lagi politik rekayasa membunuh karakter pemimpin dan calon pemimpin dari kalangan golongan Islam dalam politik segmana dalam bidang ekonomi dan kebudayaan."
Memang harus disadari dengan bercermin pada sejarah, runtuhnya Islam di Indonesia berarti runtuhnya Indonesia sebagai negara kesatuan.
Ini berati Indonesia beserta kebudayaan, tatanan sosial dan peradaban yang telah dibangun sejak zaman kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Demak, Gowa, Ternate, Mataram, Banten, Aceh Darussalam, dan kerajaan-kerajaan Islam lain di Nusantara, akan hilang pula dari sejarah! [Democrazy/rpb]