Mahfud mengaku tak khawatir dengan kedatangan Imam Besar FPI itu akan melakukan revolusi di Indonesia.
Pangi menilai, apa yang disampaikan Mahfud merupakan pernyataan yang provokatif dan tidak mencerminkan kepribadian negarawan.
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting itu saat dihubungi PojokSatu.id, di Jakarta, Kamis (5/11/2020).
“Sebagai Menkompulhukam, menurut saya tidak tepat pernyataan beliau seperti itu. Jelas bukan penyataan negarawan yang meneduhkan dan tidak mempersatukan,” ujarnya.
Pangi juga menyebutkan bahwa statement mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu dinilai berbahaya.
Sebab, lanjut pria kelahiran Sumatera Barat (Sumbar) ini, hal tersebut dapat memecah belah umat dan merusak persatuan bangsa Indonesia.
“Menko Pulhukam komentarnya tidak berkelas, jauh dari semangat mempersatukan bangsa dan umat. Ini statmen yang saya pikir sangat berbahaya merusak persatuan bangsa,” tuturnya.
“Ini sama saya memercik api konflik. Harusnya Menkopulhukam merangkul, bukan memukul,” pungkas Pangi.
Sebelumnya, Menko Polhukam Mahfud MD menyebut tidak khawatir dengan rencana Habib Rizieq Shihab melakukan revolusi setelah pulang ke Indonesia.
Mahfud menyebut pemerintah tidak pernah membahas secara khusus terkait revolusi Habib Rizieq.
“Gak, terus terang pemerintah tidak pernah membahas itu secara khusus. Kita gak anggap itu serius,” kata Mahfud MD, dikutip PojokSatu.id dari channel Youtube CokroTV, Rabu (4/11).
Mahfud membandingkan Rizieq Shihab dengan pemimpin Revolusi Iran, Ayatullah Khomeini.
Habib Rizieq dianggap bukan orang suci seperti Ayatullah Khomeini.
Ketika hendak pulang dari pengusiannya di Paris, Khomeini meminta pendukungnya untuk menyambut dan melakukan revolusi.
“Rizieq Shihab itu bukan Khomeini. Kalau Khomeini mau pulang dari Paris menyuruh rakyatnya menyambut karena Khomeini orang suci,” kata Mahfud. [Democrazy/psid]