KRIMINAL

Mengejutkan! Komnas HAM Beberkan Terduga Penembak Pendeta Yeremia, Diluar Dugaan

DEMOCRAZY.ID
Maret 13, 2024
0 Komentar
Beranda
KRIMINAL
Mengejutkan! Komnas HAM Beberkan Terduga Penembak Pendeta Yeremia, Diluar Dugaan

Mengejutkan! Komnas HAM Beberkan Terduga Penembak Pendeta Yeremia, Diluar Dugaan
DEMOCRAZY.ID - Hasil investigasi Komnas HAM menemukan bahwa terduga pelaku penembakan terhadap Pendeta Yeremia Zanambani adalah Wakil Danramil Hitadipa, Alpius.

Komisioner Pemantauan/ Penyelidikan Komnas HAM, Choirul Anam, menyatakan kesimpulan tersebut diperoleh berdasarkan pengakuan Yeremia sebelum meninggal kepada dua orang saksi. 


Serta pengakuan saksi-saksi lain yang melihat Alpius berada di sekitar kandang babi, tempat di mana Yeremia mengembuskan napas terakhir kali.


"Diduga bahwa pelaku adalah Alpius, Wakil Danramil Hitadipa," kata Anam saat dikonfirmasi melalui keterangan resminya, Kamis (5/11).


Anam mengatakan timnya juga menemukan dugaan bahwa Yeremia sempat mengalami penyiksaan berupa tembakan yang ditujukan ke lengan kiri dari jarak kurang satu meter. 


Luka pada lengan kiri bagian dalam korban dengan diameter sekitar 5-7 cm dan panjang sekitar 10 cm.


Yeremia, lanjut Anam, juga mengalami tindakan kekerasan lain berupa jeratan baik menggunakan tangan ataupun alat untuk memaksa korban berlutut, dibuktikan dengan jejak abu tungku yang terlihat pada lutut kanan korban.


"Pendeta Yeremia diduga sudah menjadi target atau dicari oleh terduga pelaku dan mengalami penyiksaan dan/atau tindakan kekerasan lainnya untuk memaksa keterangan dan/atau pengakuan dari korban atas keberadaan senjata yang dirampas TPNPB/OPM maupun keberadaan anggota TPNPB/OPM lainnya," tutur Anam.


"Hal ini secara tegas disampaikan Alpius, anggota TNI Koramil Hitadipa, yang menyebutkan nama Pdt. Yeremia Zanambani sebagai salah satu musuhnya," sambungnya.


Anam menegaskan kematian Yeremia bukan langsung disebabkan oleh luka di lengan kirinya ataupun luka yang disebabkan tindak kekerasan lainnya. 


Menurut Ahli, terang dia, penyebab kematian korban karena kehabisan darah.


"Hal ini dilihat dari luka pada tubuh korban yang bukan di titik yang mematikan dan korban masih hidup ±5 - 6 jam pasca ditemukan," ucap dia.


Ia mengungkapkan, terdapat upaya mengalihkan/mengaburkan fakta-fakta peristiwa penembakan di TKP berupa sudut dan arah tembakan yang tidak beraturan. 


Hal itu dibuktikan dengan banyak titik lubang tembakan dengan diameter yang beragam, baik dari luar TKP (sekitar pohon), di bagian luar dan dalam serta bagian atap/seng kandang babi.


"Komnas HAM menduga kuat adanya unsur kesengajaan dalam membuat arah tembakan yang acak/tidak beraturan dan tidak mengarah pada sasaran, tetapi untuk mengaburkan fakta peristiwa penembakan yang sebenarnya," pungkasnya.


Laporan investigasi kematian Yeremia ini sudah diserahkan kepada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD.


Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik, merinci ada tujuh butir rekomendasi terkait kematian Yeremia. Satu di antaranya berkaitan dengan penindakan hukum yang harus dilakukan.


"Tanpa pandang bulu, harus akuntabel dan meyakinkan kepada seluruh masyarakat terutama memenuhi rasa keadilan dari korban dan keluarga korban," kata Taufan. 


Tak hanya itu, Komnas HAM juga meminta agar pemerintah melakukan pemulihan suasana keamanan dan sosial di wilayah Papua agar masyarakat bisa kembali beraktivitas seperti biasa tanpa merasa takut dan terancam. 


TNI belum memberikan tanggapan terkait investigasi Komnas HAM yang mengungkap dugaan pejabat Koramil Hitadipa.


Namun, Kepala Penerangan Kogabwilhan III TNI Kolonel Czi IGN Suriastawa meminta agar pihak-pihak yang ikut melakukan investigasi tak hanya berfokus pada kasus penembakan yang mengakibatkan Pendeta Yeremia meninggal di Distrik Hitadipa, Intan Jaya, Papua pada September lalu.


Suriastawa menyatakan ada serangkaian kejadian penembakan yang telah menewaskan lima orang baik dari sipil maupun TNI sepanjang September lalu.


"Rangkaian kejadian di Intan Jaya itu menelan lima korban jiwa, tiga warga sipil dan dua TNI," kata Suriastawa melalui keterangan resmi, Selasa (3/11).


Suriastawa pun mengingatkan, agar tim lain di luar TGPF Intan Jaya juga melakukan hal serupa dan tak hanya fokus pada kejadian yang menewaskan tokoh agama tersebut.


"Jangan hanya fokus pada satu kasus dan mengenyampingkan kasus lainnya, karena ini adalah satu rangkaian kejadian," kata Suriastawa.


"Dikesampingkannya seluruh fakta dari rangkaian kejadian ini, akan mengaburkan masalah yang paling mendasar yaitu keberadaan gerombolan kriminal bersenjata, sumber masalah di Papua ini," tambahnya. [Democrazy/cnn]

Penulis blog