Salah satu media internasional yang ikut memberitakan kepulangan Habib Rizieq adalah The Australian.
Media yang berbasis di Negeri Kanguru ini, menyoroti Rizieq Shihab yang sempat tersangkut kasus pornografi sehingga mengasingkan diri selama tiga tahun di Arab Saudi.
Artikel dalam The Australian itu berjudul Porn fugitive Rizieq Shihab returns to launch Indonesian ‘moral revolution’.
Kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, judul itu berarti "Buronan film porno Rizieq Shihab kembali meluncurkan 'revolusi moral' di Indonesia"
Dalam paragraf pertama, artikel itu mengabarkan Rizieq Shihab disambut bak pahlawan setelah kabur dari rangkaian tuntutan pidana termasuk pelanggaran undang-undang pornografi.
"Lebih dari tiga tahun setelah dia melarikan diri dari Indonesia dan serangkaian tuntutan pidana, termasuk salah satu penyebaran gambar-gambar porno, pemimpin Islamis terkenal Rizieq Shihab telah kembali dalam sambutan bak pahlawan yang gembira untuk mendeklarasikan 'revolusi moral' di negara Muslim paling populis di dunia."
Amanda Hodge, koresponden yang menyusun tulisan ini menyampaikan secara berhati-hati bahwa kekuatan Habib Rizieq tidak bisa disepelekan dan mengancam pemerintahan Jokowi.
Salah satu faktor pertimbangannya adalah citra imam besar yang disandang Habib Rizieq, seolah tidak memudar meskipun sang 'pahlawan' mangkir dari berbagai tuntutan selama 3 tahun.
Sudut pandang ini dikuatkan dengan serangkaian komentar dari pengamat luar negeri yang erat dengan isu-isu di Indonesia, salah satunya Ian Wilson.
Ian Wilson adalah pakar Indonesia dan dosen Universitas Murdoch di bidang politik dan studi strategis.
Ia mengatakan bahwa pemerintahan Jokowi harus waspada dengan hal ini karena citra Jokowi semakin memudar dari ke hari.
"(Jokowi) lebih dari bersedia untuk mengambil tindakan kejam terhadap Islamis, sementara Rizieq sekarang jauh lebih populer daripada yang diperkirakan banyak orang."
"Pemerintahannya harus memikirkan dengan sangat hati-hati tentang bagaimana mereka menangani masalah politik ini dan tidak memperkuat kekuasaan Rizieq, karena di masa lalu pola seperti ini hanya meningkatkan popularitas dan otoritasnya."
Sedangkan pakar Indonesia dari Australian National University, Greg Fealy mengatakan gerakan 212 telah terfragmentasi sejak puncaknya pada akhir 2016 dan awal 2017, ketika jutaan pendukung bersatu untuk menggulingkan gubernur Jakarta.
"Semua orang ini mengandalkan peluang yang muncul, seperti tuduhan penistaan terhadap gubernur Kristen China yang dihina, untuk memungkinkan mereka bergerak," kata Profesor Fealy.
"Saya pikir pihak berwenang tahu itu dan akan waspada untuk tidak memberi mereka amunisi karena mereka akan menembakkannya langsung ke dahi Anda." [Democrazy/suara]