POLITIK

Kisah Era Keemasan Masyumi Sebelum Akhirnya Dibubarkan Soekarno

DEMOCRAZY.ID
November 15, 2020
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Kisah Era Keemasan Masyumi Sebelum Akhirnya Dibubarkan Soekarno

Kisah Era Keemasan Masyumi Sebelum Akhirnya Dibubarkan Soekarno
DEMOCRAZY.ID - Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) muncul lagi usai dideklarasikan tokoh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Cholil Ridwan. Masyumi pernah mencapai era keemasannya sebelum akhirnya dibubarkan oleh Sukarno.

Sebagaimana yang dicatat Gungun Karya Adilaga dalam buku 'Simpul Sejarah: Mengikat Makna Perjuangan Umat Islam Bangsa Indonesia', Masyumi didirikan pada 7 Agustus 1945.  Awalnya Masyumi bukan partai, melainkan organisasi Islam. 


Masyumi lahir ketika Jepang sedang terseret kemelut Perang Pasifik. Jepang merestui organisasi ini berdiri karena dianggap bisa membantu Jepang untuk berperang.


Namun harapan Jepang itu jauh dari tujuan para pendiri Masyumi. Para pendiri Masyumi, yang terdiri atas KH Wachid Hasyim, Mohammad Natsir, Kartosoewirjo, dan lainnya, justru ingin menghadirkan semangat Islam untuk berperang merebut kemerdekaan.


Kemudian, para pendiri Masyumi bersepakat menjadikan organisasi ini sebagai partai politik. Partai ini dideklarasikan pada 7 November 1945. 


Ketua pertama saat itu adalah Sukiman Wirdjosandjojo. Sedangkan Kartosoewirjo menjadi sekretaris pertama.


Era Emas Masyumi


Sementara itu, dikutip dari buku 'Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir' yang ditulis oleh Jarudin, tujuan partai ini adalah untuk terlaksananya ajaran dan hukum Islam di dalam kehidupan perseorangan, masyarakat, dan negara republik Indonesia menuju keridaan ilahi.


Sayangnya, tujuan Masyumi ini sukar tercapai. Menjelang Pemilu 1955, suara umat Islam terpecah. Ada kelompok-kelompok yang keluar dari Masyumi dan mendirikan partai sendiri. 


Beberapa di antaranya Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) dan Nahdlatul Ulama (NU).


Kendati demikian, era keemasan Masyumi begitu tampak pada Pemilu 1955 ini. 


Hal ini tak terlepas dari ketokohan M Natsir sebagai sosok yang mengusung nilai Islam yang disitesiskan dengan nilai demokrasi.


Merujuk pada buku 'Mengapa Partai Islam Kalah?: Perjalanan Politik Islam dari Prapemilu '99 Sampai Pemilihan Presiden' yang ditulis oleh Hamid Basyaib dan kawan-kawan, Masyumi termasuk empat besar dalam Pemilu 1955. 


Masyumi bersaing ketat dengan NU, PKI dan PNI. Bahkan Masyumi dan PNI sama-sama meraih 57 kursi di parlemen. Secara tak langsung, ini telah menandai era keemasan Masyumi.


Dibubarkan Sukarno


Karena ekses-ekses politik pada masa itu, Masyumi kemudian dibubarkan oleh Presiden Sukarno pada 17 Agustus 1960. Menurut M Fuad Nasar dalam bukunya 'Islam dan Muslim di Negara Pancasila', pembubaran Masyumi tidak terkait dengan masalah ideologi. 


Pembubaran ini sebagai ekses dari sikap politik para elite Masyumi yang berseberangan dengan Sukarno ketika itu.


Bahkan ketika itu ada beberapa elite partai yang justru bergabung dengan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera Barat.


Masyumi Bangkit Lagi


75 tahun berlalu, Masyumi pun dibangkitkan lagi pada 7 November 2020. Tokoh-tokoh yang menggerakan motor 'Masyumi Reborn', sekadar sebutan populer, adalah Abdullah Hehamahua, Bachtiar Chamsyah, hingga Cholil Ridwan.


Tanda tangan deklarasi Partai Masyumi digelar di aula Masjid Furqon, Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (7/11/2020). Acara ini juga digelar via telekonferensi.


"Kami yang bertanda tangan di bawah ini, ketua badan Bapak KH Ahmad Cholil Ridwan," ujar pemandu acara.


Acara deklarasi Masyumi juga dihadiri oleh beberapa tokoh, seperti Ahmad Yani, Abdullah Hehemahua, dan Amien Rais.


Mungkinkah 'Masyumi Reborn' bisa mengulangi era keemasan Masyumi lagi? [Democrazy/dtk]

Penulis blog