Ternyata, Indonesia termasuk di dalam tujuh negara yang masih menjual BBM tidak ramah lingkungan (Premium) itu, selain negara-negara seperti Colombia, Mesir, Ukraina, Uzbekistan, Mongolia, dan Bangladesh.
"Masa iya kita setara dengan Bangladesh atau Colombia? Jadi sebenarnya ini adalah informasi yang menyedihkan," kata Arifun dalam telekonferensi, Rabu, 18 November 2020.
Selain itu, di antara 10 negara sekitar, Indonesia adalah negara yang paling banyak menjual varian produk BBM.
Padahal, Arifun memastikan bahwa di banyak negara tetangga, jumlah maksimum dari jenis BBM paling banyak hanya dua atau tiga jenis saja.
"Jadi kira-kira ke depannya kita itu memang harus melakukan perbaikan dari jumlah varian BBM yang akan dijual di Indonesia," ujar Arifun.
Karena itu, Arifun mengakui bahwa wacana peniadaan premium dengan tujuan menciptakan lingkungan yang lebih baik sebenarnya juga didukung oleh Pertamina.
Apalagi, Arifun mengaku bahwa sempat ada citra yang kurang baik dari premium itu sendiri di masa lampau.
"Kalau kita mundur dari sisi sejarah, kita tahu itu dulu ada premium yang menggunakan timbal. Seolah-olah bahwa kita semua, atau kita Pertamina sebagai vendornya pemerintah, kok menjual produk yang meracuni bangsa sendiri?" ujar Arifin.
Oleh sebab itu, lanjut Arifun, akhirnya Pertamina pun mengubah produk tersebut dengan BBM yang bukan timbal.
Kemudian seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan lagi dalam hal produksi BBM di Pertamina, yang berhasil dilakukan melalui kilang Balongan.
Kilang Balongan, diakui Arifun, adalah salah satu kilang yang dapat memproduksi BBM dengan Ron yang sangat tinggi, sehingga tidak perlu lagi ada peningkatan oktan.
"Jadi pas keluar dari kilangnya itu sudah langsung tinggi oktan BBM-nya," ujarnya. [Democrazy/viva]