PERISTIWA POLITIK

Analis Politik: Revolusi Akhlak Habib Rizieq Hanya Kamuflase Politik, Sengaja Tutupi Makar

DEMOCRAZY.ID
November 15, 2020
0 Komentar
Beranda
PERISTIWA
POLITIK
Analis Politik: Revolusi Akhlak Habib Rizieq Hanya Kamuflase Politik, Sengaja Tutupi Makar

Analis Politik: Revolusi Akhlak Habib Rizieq Hanya Kamuflase Politik, Sengaja Tutupi Makar
DEMOCRAZY.ID - Kepulangan Habib Rizieq Shihab dari Arab Saudi ke Indonesia dibarengi dengan menggaungkan revolusi akhlak.

Disebutkan, Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) itu akan memimpin revolusi akhlak untuk membangun Indonesia yang dinilai sudah bobrok.


Sayangnya, revolusi akhlak gagasan Rizieq Shihab itu dinilai tidak jelas. Sebaliknya, yang ada justru muncul bahwa itu hanya kamuflase politik saja.


Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Research and Analysis (SUDRA) Fadhli Harahab.


“Revolusi akhlak enggak jelas. Saya duga ini hanya manuver politik. Konsepnya seperti apa? Kan tidak ada,” ujarnya, Sabtu (14/11/2020).


Malah, Fadhli menduga, bisa saja revolusi akhlak ini hanya untuk menutupi sangkaan yang berkembang selama ini.


“Jangan-jangan cuma keceplosan omong revolusi akhlak biar tidak dikira mau berbuat makar,” sambung Fadhli.


Selain itu Fadhli juga menyoroti ironi antara gagasan tentang revolusi akhlak dengan pendukung Habib Rizieq yang kerap menimbulkan kerumunan dalam jumlah besar.


Sebab, pada masa pandemi Covid-19 seharusnya tidak membuat kegiatan yang menimbulkan kerumunan massa.


Selain itu Fadhli juga menyoroti ironi antara gagasan tentang revolusi akhlak dengan pendukung Habib Rizieq yang kerap menimbulkan kerumunan dalam jumlah besar.


Sebab, pada masa pandemi Covid-19 seharusnya tidak membuat kegiatan yang menimbulkan kerumunan massa.


Menurut Fadhli, revolusi akhlak akan mendapat tempat istimewa jika konsepnya jelas serta benar-benar bisa diaplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.


“Saya meyakini revolusi akhlak akan membumi bahkan akan jadi prototipe perubahan, jika benar-benar menjadi sebuah konsep yang nyata,” kata Fadhli.


Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta itu lantas membandingkan revolusi akhlak dengan revolusi mental yang digagas Presiden Joko Widodo (Jokowi).


Menurut Fadhli, konsep revolusi mental lebih aplikatif karena untuk merefomasi dan menyederhanakan birokrasi, mendorong akuntabilitas dan transparansi.


Selain itu, revolusi mental juga mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).


Akan tetapi, Fadhli juga mengkritisi revolusi mental yang belakangan kurang terdengar.


“Masih banyak yang perlu dibenahi karena belakangan ini mulai berkurang ghirah,” katanya. [Democrazy/pjst]

Penulis blog