Ada yang mendukung, namun da juga yang menolak.
Yang dukung punya versinya sendiri terhdap penghargaan terhadap jasa mantan Panglima TNI tersebut, begitu juga dengan yang kontra.
Namun, sebenarnya ada skenario tersendiri dari istana untuk Gatot, hingga akhirnya dia mmeilih untuk tak hadir dalam acara penerimaan penghargaan tersebut.
Hal itu diungkapkan oleh Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun yang blak-blakan membuka beberapa alasan Gatot tak hadir.
Refly mengungkapkan, bahwa Presidium KAMI tersebut tidak hadir salah satunya karena pandemi covid-19 belum mereda.
"Tentu bukan karena Istana tidak bisa menerapkan protokoler Covid-19, karena deklarasi KAMI saja Gatot Nurmantyo hadir," katanya melalui kanal YouTubenya.
Lebih lanjut, Refly mengatakan langkah tersebut dilakukan Gatot karena ingin menghormati para prajurit TNI yang sedang ikut membela negara lewat penanganan covid-19 secara langsung.
"Dia merasa tidak etis kalau dia datang ke Istana untuk menerima penghargaan, sementara prajurit-prajurit lainnya masih `berperang`," jelas Refly.
Sementara, alasan kedua Gatot tidak hadir dalam penganugerahan tersebut dikarenakan penyerahan Bintang Mahaputra tersebut tidak pada waktu yang lazim. K
arena, biasanya penganugerahan tersebut dilaksanakan sebelum 17 Agustus setiap tahun menjelang kemerdekaan RI. Di sisi lain, Refly menduga ada upaya penjinakan Fadli Zon dan Fahri Hamzah yang kerap kali mengkritik pemerintah.
"Kesan menundukkan itu terbaca dengan jelas dan ini pula yang rupanya menggelisahkan beberapa aktivis yang `mengancam` Gatot Nurmantyo agar tidak menerima bintang jasa tersebut," beber Refly.
Untuk alasan ketiga, Refly mengatakan hal tersebut sangat substantif tetapi tak bisa diumbar ke publik seutuhnya.
"Ada tugas negara yang diberikan Presiden kepada dirinya ketika menjadi Panglima TNI yang belum diselesaikan," beber Refly. "Tugas apakah itu? Gatot Nurmantyo sesungguhnya ngomong kepada saya, this is a very very secret kecuali nanti sewaktu-waktu Gatot Nurmantyo yang mengatakan," tegasnya.
"Timing menjadi penting dan timing inilah yang rupanya seperti diskenariokan Istana, dan Gatot Nurmantyo tidak mau masuk perangkap timing itu dengan mengemukakan tiga alasan tadi," tutup Refly. [Democrazy/lwj]