Gatot juga disebut mampu merangkul pendukung Prabowo yang kecewa setelah beliau menerima tawaran menjabat sebagai Menteri Pertahanan.
Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Research and Analysis (Sudra), Fadhli Harahab, mengungkapkan ada potensi seorang Gatot menggantikan peran Prabowo sebagai tokoh ikonik pengkritik pemerintah.
Menurut Fadhli, hal itulah yang saat ini sedang dilakukan oleh Gatot Nurmantyo. Namun untuk hal lain, Gatot belum tentu bisa menyamai atau menggantikan Prabowo.
“Kalau dalam peran sebagai tokoh pengkritik pemerintah ya bisa saja, buktinya saat ini Gatot Nurmantyo sedang melakukan itu. Namun secara figur dan ketokohan akan cukup sulit untuk bisa menyamai Prabowo,” ujar Fadhil.
Fadhil mengungkapkan jika ketokohan Prabowo sudah sampai tingkatan oposisi.
Sebab Prabowo sendiri merupakan komandan Partai Gerindra yang memiliki banyak wakil di Senayan. Sementara Gatot Nurmantyo belum mencapai itu.
“Meski berasal dari institusi yang sama yakni militer, secara ketokohan jelas masih unggul Prabowo. Beliau sudah pernah menjadi tokoh oposisi sesungguhnya dengan Gerindranya. Kalau Gatot Nurmantyo kan baru sebatas tukang kritik,” ucap Fadhil.
Di lain sisi, Fadhil mengakui jika bergabungnya Prabowo ke jajaran kabinet memang sangat melukai hati para pendukungnya.
“Rasa kecewa dari pendukung pasti ada ya. Berkurang mungkin iya tapi tidak terlalu signifikan. Dan kalau menurut saya, bukan berarti mereka yang kecewa itu lantas membentuk barisan atau bergabung menjadi pendukung Gatot Nurmantyo, itu belum tentu,” terang Fadhil.
Lebih lanjut, untuk membuktikan ini tentu tidak bisa hanya dengan kalkulasi saat ini. Namun, Fadhil mengatakan jika Gatot sudah memiliki modal yakni dengan menjadi seorang kritikus pemerintah.
“Kalau asumsi saya dengan menjadi bagian pengkritik pemerintah kemudian pendukung Prabowo yang kecewa beralih haluan menjadi pendukung Gatot Nurmantyo itu tentu sangat naif menurut saya. Kita saksikan saja nanti kelanjutannya, apakah Gatot Nurmantyo masih akan berjuang sebagai pengkritik ataukah justru masuk jalur lain, seperti mendirikan partai baru atau bergabung dengan partai yang sudah ada, nah baru nanti akan kelihatan jelas,” pungkas Fadhil. [Democrazy/Hendra]