Di sela-sela diskusi, keduanya sempat menyinggung maraknya pelanggaran protokol kesehatan Covid-19 belakangan ini. Apalagi beberapa hari ini libur panjang, besar kemungkinan orang-orang pergi untuk liburan.
"Dalam suasana libur panjang, berita mengatakan di puncak ada antri ya meskipun harus pakai rapid test," ujar Hersubeno Arief mengawali pembicaraan dalam video berjudul "MENLU AS AJAK BANSER ANSHOR LAWAN CHINA DAN K0MUN1S" yang diunggah di Kanal YouTube Rocky Gerung Official, Jumat (30/10/2020).
Rocky Gerung menimpali dengan bercerita apa yang ditemuinya saat berada di area Ciawi. Ia mengklaim mendapati sejumlah pelanggaran protokol kesehatan Covid-19.
Menurut Rocky Gerung, adanya keramaian sebenarnya merupakan cara orang melepas penat dari perpolitikan yang sedang memanas.
"Iya saya juga terjebak habis hiking. Di perempatan Ciawi, Bogor Jagorawi," ungkapnya.
"Begitulah orang cari pelepasan dari kesumpekan politik Jakarta, ketidakpastian arah bangsa," imbuh Rocky.
Lebih lanjut lagi, Rocky Gerung menghubungkannya dengan unjuk rasa tolak UU Omnibus Law Cipta Kerja yang juga diikuti banyak massa di berbagai kota.
Rocky Gerung mengatakan hal itu tidak lain merupakan rasa frustasi yang ditumpahkan di jalan. Tentu setiap orang dari berbagai kalangan berbeda dalam menyikapinya.
"Itu frustasi yang tumpah di jalan. Kelas menengah frustasinya tumpah di jalan dalam kemacetan. Kelas bawah, buruh, mahasiswa, intelek frustasinya tumpah di jalan dalam demo. Lengkap sudah," tegas Rocky.
"Dan orang kelihatannya sudah tidak peduli lagi ya dengan persoalan Covid-19 ini jadinya," sahut Hersubeno Arief.
Rocky Gerung kemudian meresponnya dengan nada sepakat. Ia menuturkan hal itu terbaca jelas dari gestur publik, salah satunya tidak physical distancing saat bepergian.
"Ya itu terbaca dari gestur mereka yang berhimpit-himpitan mencari tempat makan sepanjang jalur Bogor - Ciawi," ungkapnya.
Menurut Rocky, adanya pelanggaran protokol kesehatan Covid-19 bisa jadi menandakan bahwa pemerintah telah gagal meyakinkan publik.
Rocky Gerung mengatakan, seandainya pemerintah bisa membuat publik percaya dengannya, pelanggaran protokol kesehatan Covid-19 bisa diminimalisir atau bahkan tidak ada.
"Artinya pemerintah gagal meyakinkan publik kalau physical distancing perlu," kata Rocky.
Dengan adanya pelanggaran protokol Covid-19 ini, Rocky Gerung menyebutkan sebagai pembangkangan terhadap pemerintah. Ia pun mengomentari pemerintah yang dirasa olehnya tidak dapat mengatasi permasalahan itu dari dulu.
"Ini jenis pembangkangan terhadap anjuran pemerintah. Gak ada kemampuan pemerintah mengatasi itu," tukasnya lagi mengkritisi pemerintah.
Rocky Gerung berujar, kedua belah pihak saat ini melakukan apa yang disebut moral hazard atau mumpungisme. Keduanya serba memanfaatkan situasi.
Menurutnya, rakyat punya cara mengakali PSBB. Sementara pemerintah juga tidak kehabisan akal mengakali anggaran Covid-19, dana dari rakyat.
"Dua-duanya pakai moral hazard, mumpungisme dimanfaatkan rakyat untuk mengakali PSBB," ucapnya.
"Demikian pula pemerintah mumpungisme terhadap Covid-19, mengakali anggaran," tandasnya. [Democrazy/suara]