Presiden Jokowi mengklaim Indonesia telah berhasil mengatasi berbagai persoalan pandemi selama tujuh bulan ini meski dikatakannya belum terlalu sempurna.
Pernyataan ini disampaikan oleh presiden di akun Youtube Sekretariat Presiden.
Namun jika melihat fakta data yang ada dari hari ke hari justru menunjukkan kenaikan grafik. Pada gelombang pertama selama tujuh bulan virus corona ini grafiknya naik dan masih terus maturity.
Sampai saat ini masih belum ada tanda-tanda melandai alias decline, sementara negara lain sudah bersiap untuk memasuki gelombang kedua karena mereka telah mencapai decline pada gelombang pertama.
Pada bulan Mei lalu, dengan penuh keyakinan Presiden Jokowi mengatakan bahwa pada bulan Juli grafik covid di Indonesia akan mencapai puncaknya dan setelah itu akan menunjukkan grafik melandai.
Masih belum diketahui secara pasti saat itu Jokowi dapat wejangan darimana. Dengan pedenya presiden membandingkan kebijakan kita dengan negara lain bahwa Indonesia lebih baik daripada negara lain yang memutuskan untuk me-lockdwon negara.
Data darimana yang digunakan oleh staf istana. Sementara kita tahu bahwa China tempat asal virus ini, melakukan lockdwon dengan cara yang sedikit kejam kepada rakyatnya yakni dengan mengunci dari luar rumahnya di Wuhan.
Cukup ampuh, karena virus covid ketakutan, sehingga tidak menyebar ke provinsi lain. Justru bisa dengan cepat pulih, dan jumlah korbannya jauh lebih sedikit daripada di Indonesia.
Penduduk Wuhan yang dilockdown, sekarang sudah bisa perpesta ria, disco berjalan semalam suntuk.
Sementara kita lihat di Indonesia, virus ini seolah meledek presiden kita, menyebar ke lebih dari 9 provinsi besar. Jangankan melandai sebagaimana ramalan presiden kita, grafiknya justru semakin naik.
Dengan tanpa sedikitpun rasa penyesalan dan minta maaf bahwa ramalannya salah besar, Jokowi kembali secara flat mengulang pernyataan bahwa Indonesia akan mencapai puncak pandemi pada Agustus dan setelah itu akan melandai.
Faktanya? Ternyata virus covid ini sangat nakal dan tidak mau mematuhi perintah presiden kita. Malah semakin meningkat, bahkan sampai saat ini.
Jadi siapa yang sebenarnya membuat gaduh? Pertanyaannya, Jokowi mengingatkan siapa? Apa dirinya sendiri?
Fakta gaduh yang berdesakan di kolam renang serta berpesta ria dnagdutan pada saat kampanye pilkada, tidak ada yang berani membubarkan itu.
KPU dan Bawaslu juga tidak berani, bahlan pihak berwajib pun dibuat seolah tunduk ketakutan untuk menindak. Sementara itu fakta yang ada, banyak kegaduhan tercipta selama masa kampanye ini karena pemerintah nekat melanjutkan Pilkada.
Dari mulai kampanye Pilkada yang tidak mengindahkan protokol kesehatan, melanggar UU karantina, membuat kerumunan masa yang luar biasa banyaknya.
Semua itu tidak ada yang menghentikan. Semua seolah memuja-muja itu atau malah justru takut menindak karena khawatir dicopot?
Sementara mereka dengan mudahnya membubarkan paksa acara KAMI, yang secara protokol sudah sangat patuh bahkan tidak ada kegaduhan sama sekali.
Seharusnya presiden kita, Presiden Jokowi terhormat sebagai penanggung jawab utama dari semua kegaduhan ini bisa lebih tegas lagi.
Ungkapan jangan buat gaduh yang Jokowi lontarkan itu semestinya kepada dirinya sendiri, bukan kepada virus covid-19 yang selamanya tidak akan pernah bisa mendengar. [Democrazy/Lukman]