Rencana ini mereka lakukan sebagai bentuk penolakan atas pengesahan draf Omnibus Law RUU Cipta Kerja pada sidang paripurna DPR RI.
Analis politik dan ekonomi, Rustam Ibrahim, berharap kepada Presiden Jokowi supaya bisa tetap mendorong DPR segera mengesahkan RUU tersebut.
“Buruh boleh-boleh saja lakukan mogok, karena itu memang senjata mereka. Partai oposisi di DPR juga tidak masalah untuk menolak karena itu tugas mereka. Namun jika Presiden Jokowi ini yakin RUU Cipta Kerja adalah demi kepentingan rakyat, seharusnya beliau bisa mendorong RUU tersebut bisa segera disahkan. Percuma miliki koalisi besar jika tidak mampu mengeksekusi,” ujar Rustam.
Selain itu, Rustam juga berharap semoga Presiden Jokowi bisa fokus dan tidak terpengaruh oleh tekanan publik.
“Presiden jangan mau ‘terteror’ oleh ancaman mogok buruh yang dikompori oleh media. Kalau presiden yakin UU Cipta Kerja adalah untuk kepentingan lebih besar, para buruh mogok silakan saja. Demo boleh-boleh saja yang penting patuh aturan dan protokol kesehatan. Namun yang pasti adalah agenda ini harus segera digolkan karena sudah diucapkan oleh presiden ketika pelantikan,” ungkap Rustam.
Jika melihat komposisi kekuatan partai pendukung pemerintah, semestinya DPR bisa dengan mudah mengesahkan draf Omnibus Law RUU Cipta Kerja pada sidang paripurna DPR.
“Menurut saya percuma seorang presiden memiliki koalisi besar di DPR jika tidak mampu mengeksekusi RUU Cipta Kerja. Ini merupakan test case loyalitas partai kepada presiden sebagai sebuah koalisi di parlemen dan pemerintahan,” ujar Rustam.
Rustam juga mengatakan bahwa ada berbagai upaya sistematis yang dilakukan oleh partai dan kelompok oposisi lainnya untuk membuat Jokowi gagal dalam melaksanakan agendanya.
Sebagai contoh adalah upaya pemindahan ibukota baru dari Jakarta ke Kalimantan, penanganan pandemi, permasalahan ekonomi, RUU Cipta kerja, dan lain sebagainya.
“Namun ini semua tergantung Presiden Jokowi apakah beliau ingin dikenal sebagai tokoh gagal atau tokoh yang sukses menjalankan agenda-agendanya bahkan dalam situasi sulit sekalipun. Karena jelas, koalisi politik Jokowi ini sangat besar. Belum lagi ditambah dukungan TNI dan Polri yang sangat kuat,” ungkap Rustam.
Lebih lanjut, Rustam juga mengingatkan kembali bahwa pada periode kedua kepemimpinanya, Presiden Jokowi pernah berkata: “nothing to lose”.
“Presiden betul. Tidak ada lagi yang perlu untuk dipertaruhkan kecuali kepentingan rakyat serta keyakinan sendiri sebagai seorang presiden,” ucap Rustam. [Democrazy/Luthfi]