POLITIK

Menanggapi Pernyataan Gatot Nurmantyo, Pak Moeldoko Bilang Begini

DEMOCRAZY.ID
Oktober 01, 2020
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Menanggapi Pernyataan Gatot Nurmantyo, Pak Moeldoko Bilang Begini


www.democrazy.id - Menanggapi Pernyataan Gatot Nurmantyo, Pak Moeldoko Bilang Begini - www.democrazy.id

DEMOCRAZY.ID - Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), Moeldoko, memberikan tanggapan soal pernyataan Gatot Nurmantyo.

Menurut beliau, pencopotan Gatot Nurmantyo dari posisi Panglima TNI sama sekali tidak berkaitan dengan instruksi nonton bareng film G30S/PKI.


Moeldoko yang juga merupakan mantan Panglima TNI ini menilai terlalu naif jika menganggap Presiden Jokowi mencopot seorang Panglima TNI hanya karena instruksi menonton film buatan pemerintah Orde Baru tersebut.


“Terkait pencopotan tersebut, itu pendapat subjektif ya. Jadi ya tidak masalah, sah-sah saja jika memang itu yang dia rasakan,” ungkap Moeldoko.


Namun, Moeldoko juga berujar bahwa apa yang Gatot rasakan itu tidak sama dengan apa yang atasannya pikirkan.


“Perasaan dia tentang itu belum tentu sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh pimpinannya,” ujar Moeldoko.


Moeldoko yang juga seorang peraih Adhi Makayasa dari Akademi Militer 1981 tersebut menambahkan bahwa pergantian posisi Panglima TNI adalah hak prerogatif (hak istimewa) seorang presiden dengan berbagai pertimbangan tentunya.


“Ini kan hak prerogatif presiden, namun tentu ada banyak pertimbangan. Tidak hanya pertimbangan kasuistik, namun juga berbagai pertimbangan lain yang lebih komprehensif,” jelas Moeldoko.


Kemudian terkait isu kemunculan komunis yang menjadi pembicaraan menjelang Hari Kesaktian Pancasila, Moeldoko menilai itu sebagai hal biasa dari berbagai aspek, termasuk juga politik.


Namun, Meoldoko tetap tetap mengajak para generasi bangsa untuk tetap mempelajari seputar peristiwa sejarah bangsa.


“Kita jangan sampai melupakan peristiwa sejarah bangsa sendiri. Mari kita maknai Kesaktian Pancasila ini secara lebih luas. Pancasila harus bisa memberi warna dalam berbagai segi kehidupan kita, tidak hanya sekadar bicara peristiwa 1965 saja,” jelasnya.


Moeldoko meminta supaya adanya peristiwa 1965 ini dapat dijadikan pelajaran negara agar bisa selalu waspada.


“Jangan sampai kita masuk dalam situasi yang sama, namun modelnya berbeda. Peristiwa semacam ini harus bisa menjadi pengingat. Kita harus berpikir visioner namun tidak melupakan masa lalu. Jangan sekali-kali melupakan sejarah,” tegas Moeldoko. [Democrazy/Hendra]

Penulis blog