Pada video berdurasi 5 menit 23 detik tersebut, Nuzul menyoroti adanya lonjakan kasus covid-19 di Pondok Pesantren Khusnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat.
“Karena kasus yang terjadi di Ponpes Khusnul ini adalah kasus yang luar biasa, maka saya minta kepada kepala daerah untuk melakukan penanganan yang luar biasa juga. Jangan hanya melakukan isolasi 2 minggu, karena kalau hanya itu santri yang jumlahnya 2 ribu sampai 3 ribu ini bisa jadi bola salju,” ucap Nuzul.
Dirinya kemudian mendesak kepada pemerintah dan Gugus Tugas penanganan covid-19 untuk segera menutup pondok pesantren dan memulangkan seluruh santri-santri yang ada.
Nuzul yang mengaku adalah warga asli setempat (Masnis Kidul) menegaskan jika selama ini daerahnya berada dalam zona aman.
Menurut penuturannya, sudah lebih dari 6 bulan daerahnya tidak pernah mendengar kabar kasus covid-19 namun tiba-tiba meledak seperti ini.
Lalu pada menit ke 1:50, Nuzul juga memberikan pernyataan yang menyinggung soal santri dan dunia pesantren.
“Jangan sampai ponpes Khusnul ini hanya membawa limbah, limbah wabah, dan segala limbah yang lain. Maka dari itu saya minta kepada pemerintah daerah serta gugus tugas untuk segera menutup pondok dan memulangkan para santri, jangan sampai masyarakat sekitar menjadi korban," ceplos Nuzul di depan kamera wartawan.
Meski demikian, Nuzul tetap memberikan apresiasi kepada Ponpes Khusnul terkait pengembangan pendidikan mereka yang terus mengalami kemajuan.
“Tapi di lain sisi, kegiatan lain contohnya laundry. Laundry ini kan ada berapa ribu potong pakaian yang masuk laundry. Pakaian itu kan media, jadi bisa berpotensi menyebarkan virus,” sambungnya.
Pernyataan kontroversial Nuzul ini dengan cepat menyebar dan membuat publik semakin geram. [Democrazy/Hendra]