Hal itu disampaikan oleh Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso karena tanaman ini sangat tahan terhadap hama dan cuaca yang tak menentu.
"Jadi pohon sagu ini aman. Karena nggak ada gangguan cuaca kering maupun cuaca basah, termasuk hama. Sagu bertahan, ini sumber makan kita yang diandalkan ke depan," katanya seperti dilansir darai cnbcindonesia, Jumat (23/10/2020).
Melihat besarnya potensi dari sagu, Buwas menyebut penggunaannya pun bisa dikembangkan pada banyak hal.
Saat ini, banyak yang mengenal sagu hanya untuk papeda, padahal masih banyak penggunaan lainnya.
Karena itu, Buwas menyebut bakal membangun 20 titik pabrik sagu dan tapioka khususnya daerah produksi sagu di Papua.
"Kita sebenarnya punya lahan pangan berupa tumbuhan sagu 87% di Indonesia timur khususnya Papua yang belum diolah baik. Dimana ini potensi untuk menjadi pangan tambahan selain beras karena jumlahnya besar. Kita buktikan tepung sagu bisa dibuat mie, beras, bahan dasar kue dan lain-lain," jelasnya.
Asa untuk menjadikan sagu sebagai pangan besar pun terbuka. Total luas lahan kebun sagu di Indonesia, yang didominasi di Papua sangat besar, yakni sekitar 5,5 juta Ha.
Sayang, baru 5% saja yang dikelola. Buwas menyebut perlu dukungan pemerintah dan swasta demi mengembangkannya.
"Di beberapa wilayah kita sudah bangun ini dan sudah diwujudkan, yaitu mie sagu salah satunya. Selama ini mie dibuat dari bahan dasar gandum, sementara gandum impor dari luar. Sekarang dibuktikan mie bisa dibuat dari sagu termasuk tapioka, dan kualitas serta rasa nggak kalah," tutup Buwas. [Democrazy/lwjstc]