Hal itu dikatakan Ade Armando dalam video yang dikutip dari channel Youtube Cokro TV dengan judul “Kemelut Universitas Indonesia, Guru Besar Turun Tangan” pada Sabtu (31/10).
“Universitas Indonesia terancam. Pembersihan UI dari kaum islamis radikal atau dikenal juga dengan nama Tarbiyah, tampaknya akan terhambat,” kata Ade Armando.
Ade Armando menyebut kaum Tarbiyah berada di balik pelengseran Wakil Rektor 1 UI, Prof Rosari Saleh yang akrab disapa Bu Oca.
“Kampanye kaum Tarbiyah sukses. Seorang pimpinan UI yang selama ini secara nyata dan progresif menghentikan gerakan jejaring Tarbiyah secara mengejutkan ditendang keluar dari kursinya,” ucap Ade.
Ia menyebut Prof Oca dilengserkan karena berseberangan dengan kaum Tarbiyah yang selama ini menguasai UI.
“Di UI selama 20 tahun terakhir kaum Tarbiyah menjalankan langkah-langkah sistematis, terstruktur dan terencana untuk menguasai UI dalam rangka tujuan politik sempit mereka,” kata Ade.
“Dan Prof Oca lah yang dengan berani membersihkan UI dari mereka. Ini misalnya terlihat dalam langkahnya membersihkan program beasiswa,” tambah Ade.
Menurut Ade, dana beasiswa yang dikelola UI mencapai rata-rata Rp200 miliar per tahun. Tapi sebelum era Prof Oca, terjadi mismanajemen pengelolaan dan penyaluran dana beasiswa.
“Beasiswa lebih mudah mengalir ke fakultas-fakultas tertentu yang dikuasai kaum Tarbiyah. Penanggungjawab beasiswa tidak melakukan pengumuman beasiswa secara transparan,” katanya.
Dikatakan Ade, pengumuman dilakukan dalam periode waktu yang sangat terbatas, sehingga dalam proses normal sangat sulit bagi mahasiswa untuk memenuhi tenggat waktu pengumpulan berkas administrasi.
Sebaliknya, ada fakultas-fakultas tertentu yang memperoleh informasi lebih awal, sehingga peluang mahasiswa dari fakultas tersebut untuk menerima beasiswa jadi jauh lebih besar.
“Di bawah arahan Prof Oca, pengelola program beasiswa diganti. Peluang beasiswa disebarkan secara terbuka melalui saluran IG, WA, YouTube, dan juga e-newsletter,” beber Ade.
“Prof Oca juga merombak program pengenalan kampus bagi mahasiswa baru atau yang dikenal sebagai Program Orientasi Mahasiswa Baru,” tambah Ade.
Sebelumnya, kata Ade, program ini diserahkan sepenuhnya kepada Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Namun menurut Ade, BEM sudah dikuasai kaum Tarbiyah.
“Celakanya, BEM yang memang sudah dikuasai kaum Tarbiyah menjadikan program penerimaan mahasiswa baru ini sebagai sarana kaderisasi ideologi dan aktivisme politik,” jelas Ade.
“Di bawah Prof Oca, program pengelan kampus bagi mahasiswa baru diambil alih oleh Direktorat Kemahasiswaan,” imbuhnya.
Menurut Ade, isi dan tujuannya dirombak. Program itu sekarang diisi dengan materi-materi yang sejalan dengan persoalan-persoaan besar bangsa.
“Pemberian materi pun melibatkan para tokoh dari berbagai kementerian dan lembaga negara,” tandas Ade Armando. [Democrazy/pjst]