Gerakan itu pada awalnya menargetkan Pasukan Anti-Perampokan Khusus Federal (SASR) yang dinilai telah melakukan penangkapan, penyiksaan dan pembunuhan secara tidak sah.
Keinginan para pengunjuk rasa pun di penuhi oleh Presiden Nigeria Muhammadu Buhari dan membubarkan unit tersebut pada 11 Oktober 2020 lalu.
Namun aksi unjuk rasa jadi semakin meluas, masyarakat lebih menuntut adanya perubahan dalam pasukan keamanan serta reformasi cara menjalankan negara.
Hingga akhirnya kerusuhan pun tak bisa dielakan terjadi di Nigeria.
Dikutip dari laman Al-Jazeera, Presiden Nigeria mengumumkan sekitar 51 warga sipil tewas dalam kerusuhan setelah beberapa hari protes damai atas pelanggaran polisi.
Ia juga bahkan menyalahkan 'hooligansme' untuk kekerasan sementara menegaskan pasukan keamanan menggunakan 'pengekangan ekstrem'.
Pernyataan dari Presiden Nigeria Muhammadu Buhari itu keluar pada Jumat malam, 24 Oktober 2020 dan diperkirakan akan semakin mengobarkan ketegangan setelah Amnesty International.
Muhammadu Buhari juga melaporkan pada Selasa 20 Oktober 2020 tentara menembak dan menewaskan sedikitnya 12 demonstran saat kerumunan besar menyanyikan lagu kebangsaan.
Buhari juga mengatakan 11 polisi dan tujuh tentara telah dibunuh oleh 'perusuh' pada hari Kamis, dan 'kekacauan belum berhenti'.
Dia menambahkan ada 37 warga sipil lainnya terluka.
Buhar berbicara dalam pertemuan khusus dengan mantan kepala negara dan pejabat lainnya dalam perjalanan ke depan setelah beberapa kekacauan terburuk di Nigeria dalam beberapa tahun.
'Banyak nyawa telah hilang' dalam kerusuhan Nigeria, dan mengatakan hari-hari protes damai atas pelanggaran polisi telah dibajak oleh preman.
Dalam pidato nasional sebelumnya, Buhari tidak menyebut penembakan yang memicu kemarahan internasional.
Presiden malah memperingatkan pengunjuk rasa agar tidak digunakan oleh 'elemen subversif' dan 'merusak keamanan dan hukum dan ketertiban nasional'.
Dia menegaskan kembali pada hari Jumat itu, dengan mengatakan pemerintah 'tidak akan melipat tangan dan membiarkan penjahat terus melakukan tindakan hooliganisme'.
Tentara tetap berada di beberapa bagian Lagos, kota terbesar di Nigeria, karena jam malam 24 jam tetap diberlakukan.
Kota Lagos menjadi pusat kerusuhan dan jatuhnya korban saat asksi damai.
Rekaman video yang ditayangkan di Televisi Saluran Nigeria tampaknya menangkap audio dari peluru tajam yang ditembakkan di Lagos.
Beberapa orang diyakini telah ditembak mati atau terluka pada protes terhadap kebrutalan polisi di Lagos.
Saksi mata mengatakan beberapa orang tewas ketika tentara melepaskan tembakan.
Saksi mata juga mengatakan asap telah mengepul dari arah gerbang tol pada hari Rabu tempat penembakan terjadi.
Protes di Nigeria mencerminkan ketidakbahagiaan yang meluas yang dirasakan di seluruh masyarakat.
Banyak pengunjuk rasa berusia 18 hingga 24 tahun dan sangat tidak puas dengan sistem pendidikan di negara tersebut.
Pendidikan di Nigeria secara teratur terganggu oleh pemogokan dosen, listrik yang tidak stabil dan prospek pekerjaan yang buruk.
Secara total, lebih dari sepertiga dari usia 15 hingga 34 tahun saat ini menganggur.
Wakil presiden Nigeria telah menjanjikan keadilan bagi para korban yang ditembak selama protes terhadap kebrutalan polisi. [Democrazy/pikiranrakyat]