Salah satu yang meyakini kemungkinan tersebut adalah Refly Harun, seorang pengamat ahli hukum tata negara.
Rafli memprediksi ini akan kemungkinan besar terjadi dilihat dari getolnya seorang Sandiaga Uno melakukan kegiatan safari.
Bahkan jika dilihat, Sandiaga Uno terlihat cukup aktif di Channel Youtube miliknya dan menggunakan media sosial tersebut sebagai sarana interaksi dengan sebanyak mungkin orang.
“Jadi ya wajar jika beliau tidak begitu frontal terhadap kekuasaan yang ada sekarang ini,” ucap Refly dalam Kanal Youtubenya.
Refly Harun juga pernah mengungkapkan bahwa Pemilu 2024 nanti akan sangat berbeda dengan Pemilu pada 2019 kemarin.
Alasanya yang pertama adalah profil pemilih yang sudah pasti akan mengalami perubahan drastis. Pada pemilu 2024 yang akan datang, jumlah atau populasi pemilih kalangan milenial ini akan semakin banyak.
Kemudian yang kedua adalah karena alasan yang pertama tadi, yakni karena jumlah pemilih milenial semakin banyak maka sudah pasti akan mendominasi, sehingga isu-isu yang muncul juga tentu akan berubah.
Lebih lanjut Refly menuturkan bahwa pada Pemilu 2024 nanti, sangat kecil kemungkinan Sandiaga Uno akan kembali berduet dengan seorang Prabowo Subianto. Lantas dengan siapa?
“Jelas tidak mungkin jika dengan Pak Prabowo lagi. Sebagai sebuah partai besarm PDIP menginginkan satu kursi itu untuk dirinya. Masalahnya adalah di PDIP ada dua tokog besar yang menonjol, yaitu Ganjar Pranowo dan Puan Maharani,” ujar Refly.
“Kalau dilihat, Ganjar sebenarnya lebih ledaing, tapi darah birunya kan ada di Puan Maharani. Kemudian di Partai Gerindra, ada dua tokoh juga yang menonjol. Satu sudah pasti Pak Prabowo yang identik dengan Gerindra, dan yang kedua adalah Sandiaga Uno yang sesungguhnya memang tidak terlalu identik,” ungkap Refly.
Anies Baswedan sebenarnya juga memiliki peluang untuk maju bersama Sandiaga Uno. Karena dalam beberapa pemaparan hasil survei, angka Anies selalu lebih tinggi elektabilitasnya. Namun Sandiaga jelas lebih kuat dari sisi logistik.
“Jadi apakah Sandiaga Uno akan melawan pasukan koalisi di Istana, katakanlah Sandiaga Uno duet Anies Baswedan. Anies presidennya, Sandi wakilnya, atau dibalik. Tergantung konstelasi terakhirnya,” beber Rafly.
“Saya hanya bilang bahwa politik itu dinamis, sehingga semua sangat mungkin terjadi. Tapi satu yang tidak pasti yakni semua itu akan menjadi tidak baik apabila dikawinkan secara paksa,” pungkas Refly. [Democrazy/Luthfi]